YOGYAKARTA - Indonesia sudah memasuki era kedaulatan digital di mana kapasitas dan kesiapan Indonesia sebagai bangsa digital perlu banyak dikembangkan dan didorong, khususnya di bidang keuangan dalam menyambut berbagai tren inovasi digital di dunia.
Agenda besar transformasi digital yang sedang dilakukan, bertujuan agar manfaatnya dapat dirasakan seluruh wilayah dan masyarakat, agar tidak ada satu orang pun yang tertinggal.
Ruang digital memang banyak memberikan manfaat tidak hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga berkaitan dengan kedaulatan dan geostrategis seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.
Dengan Transformasi Digital
"Sehingga kita harus meletakkannya dengan benar," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate dalam Festival Keuangan Digital Indonesia di Bali, Senin (11/7).
Dalam bidang keuangan, transformasi digital terasa dalam penyaluran uang persediaan, yang tidak lagi diberikan secara tunai melainkan melalui aplikasi keuangan. Pengadaan barang saat ini pun dilakukan melalui platform yang terhubung dengan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
"Kemudian, saat kita menerbitkan SBN (Surat Berharga Negara), kita juga menerbitkan SBN ritel secara digital sehingga bisa menarik kelompok milenial," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara yang sama.
Infrastruktur hulu
BACA JUGA:
Kominfo dalam menjalankan transformasi digital mempersiapkan tiga hal, yakni pembangunan infrastruktur di tingkat hulu, infrastruktur tingkat hilir dan pengembangan sumber daya manusia (talenta) digital.
Pada sektor hulu, pembangunan infrastruktur ditekankan pada tiga lapisan, yaitu tulang punggung (backbone), tengah (middle-mile) dan lapisan akhir (last-mile). Lapisan tulang punggung konektivitas Indonesia berbasis jaringan kabel serat optik, saat ini sepanjang lebih dari 459.000 kilometer baik di darat maupun di bawah laut.
Penggelaran kabel di lapisan backbone dioptimalkan dengan menyambungkan titik-titik kabel serat optik melalui Palapa Ring, yang sudah tergelar lebih dari 12.400 kilometer. Kabel serat optik yang belum terhubung juga disambungkan melalui Palapa Ring Integrasi sepanjang lebih dari 12.100 kilometer.
"Kita perlu menggelar tambahan untuk menghubungkan titik-titik yang belum terhubung. Kita bangun Palapa Ring Integrasi melalui program public-private-partnership," kata Johnny.
Indonesia, selain wilayahnya luas, memiliki bentang alam yang begitu beragam. Tidak semua wilayah di Indonesia bisa disambungkan melalui kabel serat optik. Untuk itu, pada lapisan middle-mile Kominfo membangun microwave-link dan fiber-link. Lapisan middle-mile juga diperkuat satelit.
Indonesia saat ini sedang membangun dua satelit, SATRIA-1 dan satelit cadangan (hot backup satellite) masing-masing berkapasitas 150GBps. Sekarang, Indonesia menggunakan sembilan satelit berkapasitas total 30GBps.
SATRIA-1 dan Hot Backup Satellite dijadwalkan selesai akhir 2023 dan pada awal 2024 seluruh titik layanan publik bisa dialiri internet. Kominfo menargetkan 150.000 titik layanan publik bisa terkoneksi dengan internet melalui satelit.
Pengembangan penggunaan satelit di Indonesia juga dilakukan melalui pemberian izin hak labuh (landing right) untuk satelit Low Earth Orbit (LEO), seperti Starlink, untuk kebutuhan layanan backhaul infrastruktur konektivitas dan bukan untuk operasi Internet Service Provider (ISP). Saat ini, tengah dilakukan evaluasi terhadap operator-operator satelit Low Earth Orbit lainnya untuk memberikan layanan backbone infrastruktur untuk konektivitas nasional.
Sementara pada lapisan last-mile, Kominfo sudah membangun sekitar 500.000 menara BTS di seluruh Indonesia. Tapi, jumlah tersebut belum cukup untuk menghadirkan jaringan 4G di seluruh 83.218 desa dan kelurahan.
Berdasarkan data Kominfo, masih ada 12.548 desa dan kelurahan di wilayah 3T dan komersial yang belum terjangkau 4G.
Selain pembangunan infrastruktur fisik, Kominfo sedang menata ulang spektrum frekuensi radio agar bisa digunakan untuk pengembangan jaringan 4G dan 5G.
Saatnya merevolusi pemberitaan di Jogja.Voi.id!