Mahasiswa KKN UAD Gerakan Program “Sapu Lidi” Bersama Warga Bantul, Atasi Keresahan Sampah
Program "Sapu Lidi" mahasiswa KKN UAD

Bagikan:

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang tergabung dalam KKN Reguler Unit III.C.3 menyukseskan program “Sapu Lidi” di Dusun Kanutan, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta.

Program Sapu Lidi ini berupa kumpulan relawan yang peduli dengan lingkungan terutama berfokus pada pengolahan sampah sebagai bentuk aksi nyata dalam mendukung program Bupati Bantul yakni Bantul Bersih 2025 (Bantul Bersama). Selaku inisiator dari gerakan “Sapu Lidi” adalah Kepala Dukuh Kanutan, Emanuel Wahyu Wijanarko.

KKN UAD Inisiasi Pengelolaan Sampah di Kanutan Bantul

Wahyu Wijanarko mendirikan gerakan ini berawal dari keresahannya mengenai sampah yang ada di lingkungan pedukuhan sekaligus tuntunan dari program sampah dari Kabupaten Bantul yang mewajibkan sampah-sampah harus selesai di tingkat kelurahan.

Dari gerakan tersebut, Dukuh Kanutan merupakan satu-satunya padukuhan yang memiliki organisasi pengelolahan sampah di Sumbermulyo. Gerakan sapu lidi dibentuk pada bulan Januari 2023. Kegiatan perdana Sapu Lidi yaitu mengumpulkan sampah rumah tangga yang dilaksanakan pada hari Jum'at, 03 Februari 2023.

Program Kegiatan Utama "Sapu Lidi"

Program “Sapu Lidi” KKN UAD bersama Warga Kanutan Bantul

Gerakan sapu lidi memiliki program utama yaitu pengolahan sampah rumah tangga di tingkat padukuhan. Pengambilan sampah rumah tangga dilaksanakan satu pekan dua kali setiap hari Selasa dan Jum’at yang kemudian dilanjutkan dengan pemilahan sampah.

Rahmad, sapaan akrab, selaku ketua KKN Unit III.C.3 menyampaikan bahwa gerakan “Sapu Lidi” merupakan sebuah aksi nyata yang dilakukan dalam menyikapi permasalahan sampah. “Dari gerakan ini, kami (mahasiswa KKN UAD: Baca) mendapatkan sebuah pembelajaran nyata bahwa sampah merupakan suatu objek yang semua orang dapat menghasilkannya namun tidak semua orang mampu dan mau terjun secara langsung dalam mengelolanya,”.

Gerakan ini, kata Rahmad, dapat dijadikan contoh yang harus senantiasa dibudayakan, bukan hanya sebuah teori atau sebuah narasi melainkan bentuk dari implementasi kesadaran terhadap lingkungan dan kepedulian terhadap generasi yang akan datang. “Bumi ini bukan warisan dari nenek moyang, melainkan titipan dari anak cucu. Demikianlah sebuah kiat sederhana yang harus dimiliki oleh semua manusia.” Tutupnya.