Nyadran Seniman, Mendoakan Lintas Iman
Nyadran Seniman di ISI Yogyakarta

Bagikan:

YOGYAKARTA - Puluhan pekerja seni dari berbagai komunitas, seniman, penulis, dosen, mahasiswa dan santri melaksanakan kegiatan “Nyadran Seniman” di ruang pameran Galeri RJ Katamsi ISI Yogyakarta. Di antaranya tergabung dalam komunitas Sanggar Nuun, Mess 56, Survive, Sasenitala, Omah Mepi, dan lain-lain. Kegiatan yang bermaksud menggelar do’a, tahlil, dan sholawat ini untuk kali pertama diinisisasi oleh Lesbumi PWNU DIY bekerjasama dengan Galeri RJ Katamsi.

“Nyadran Seniman ini diawali dengan pendataan seniman-seniman yang telah meninggal di grup-grup WA. Masing-masing saling mencatat nama almarhum/almarhumah seniman. Tidak hanya seniman seni rupa, tapi juga termasuk para penyair, seniman teater, aktor film, penari, dalang, bahkan mahasiswa seni yang meninggal di saat masih kuliah,” ujar Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (PW Lesbumi NU) D.I. Yogyakarta, Awalludin G. Mualif Galeri RJ Katamsi ISI Yogyakarta pada Selasa, 21 Maret.

Menurut Cak Udin, panggilan akrabnya, dari proses pendataan itu, kurang lebih ada 250 nama seniman, termasuk nama-nama besar seperti Raden Saleh Bustaman, Affandi, Sudjojono, WS. Rendra, RJ.Katamsi, Zaini, But Muhtar, Umar Ismail, Asrul Sani, Djamaludin Malik, Benyamin Suaib, Nashar, Enthus, Slamet Gundono, Jeihan Sukmantoro dan lain-lain. Seniman yang terdata tidak hanya para seniman muslim saja, termasuk para seniman non-muslim juga, seperti Bagong Kusudiarjo, Nyoman Gunarso, Jaduk Ferianto dan lain-lain.

Acara “Nyadran Seniman” ini memang tidak ingin membedakan agama, ras, suku, seniman popular maupun nama-nama yang belum dikenal oleh publik. Hanya dengan dasar niat mengajak bersama untuk mendoakan para seniman yang sudah almarhum/almarhumah, atas nama kemanusiaan dan mengajak semua agar saling melekatkan tali silaturahmi.

“Tradisi nyadran yang dilakukan seluruh umat muslim di Indonesia ketika menjelang puasa selain bertujuan mendoakan para sanak keluarga, para leluhur serta ulama-ulama, juga ada esensi lain yakni dapat merawat hubungan silaturahmi antara orang yang masih hidup dengan orang yang sudah meninggal maupun antara orang yang sama-sama masih hidup,” kata Sekretaris PW Lesbumi NU DIY A. Anzieb pada sambutan pembukaannya.

Kegiatan ini disambut baik oleh kepala Galeri RJ. Katamsi Nano warsono dan diharapkan dapat ditradisikan setiap tahun pada bulan ruwah/Sya’ban.

Nyadran seniman dimulai melantunkan tembang Jawa oleh Angga dari Pesantren Kaliopak dan Mbah Kadi dari Piyungan, Bantul. Disambung dengan pembacaan puisi secara bergantian, serta pembacaan shalawat dan tahlil dengan menggunakan langgam Jawa.