Kumpul Alumni Krapyak, Ketum PBNU: Santri Mbah Ali Maksum itu Bejo
Haul ke-36 Almaghfurlah KH Ali Maksum (IST)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta mengadakan Temu Alumni dalam rangka Haul ke-36 Almaghfurlah KH Ali Maksum dan Haflah Khotmil Qur'an (9/11). Kegiatan tersebut diikuti oleh ratusan santri dari berbagai kota dan lintas angkatan.

Di antara yang hadir adalah alumni sekaligus Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Tsaquf. Menurutnya, para santri yang diajar langsung oleh Mbah Ali, panggilan akrab KH. Ali Maksum, merupakan santri yang beruntung.

"Generasi saya itu generasi bejo, beruntung. Bisa ngaji langsung kepada Mbah Ali sehingga pengurus-pengurus NU sejak puluhan tahun lalu adalah santrinya Mbah Ali. Beliau tidak hanya alim ulama, tetapi juga penggerak. Jadi wajar kalau santrinya banyak yang menjadi pengurus NU," kata Gus Yahya di Asrama Putra MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta pada Sabtu (09/11).

Bagi Mbah Ali, kata salah satu pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A., NU merupakan amanah sebab diantara pendirinya adalah ayahnya sendiri, KH. Maksum Lasem.

"NU bagi Mbah Ali itu amanah, didirikan oleh bapaknya, maka sebagai ahli waris ya harus melanjutkan perjuangannya. Maka yang mengaku-aku santrinya Mbah Ali sudah seharusnya meneruskan perjuangan NU di level masing-masing. Menjadi apa saja," ujar anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.

Pria yang akrab disapa Gus Hilmy tersebut merasa dikader oleh Mbah Ali sejak kecil dengan diajak ke berbagai pertemuan dengan pengurus NU. Menurutnya, sangat penting santri Krapyak memegang prinsip khidmah dalam NU yang dirumuskan Mbah Ali.

"Lima prinsip itu adalah mempercayai NU sebagai tuntunan hidup, memahami NU secara keseluruhan, mengamalkan ajaran dan tuntunan NU, memperjuangkan NU agar tetap jaya dan berkembang pesat, sabar terhadap NU," ujar Katib Syuriah PBNU tersebut.

Di sisi lain, perjuangan Mbah Ali terhadap NU mendapatkan dukungan penuh dari keluarga. Apa yang dikerjakan Mbah Ali muaranya pada NU, sampai-sampai tidak bisa membedakan mana yang untuk NU atau yang lain. Hal ini dinyatakan oleh Putri Mbah Ali, Ibu Ny Hj Ida Rufaida.

"Sulit membedakan mana yang untuk NU atau yang lain karena memang semua yang dikerjakan oleh Mbah Ali itu ya untuk NU . Bahkan beliau sangat mendukung ibu kami sebagai ketua Muslimat Bantul di saat aktivis perempuan masih sangat sedikit," terang Ibu Ny Ida.

Alumni yang juga ketua PWNU DIY, Dr. KH. Zuhdi Muhdlor mengisahkan revolusi dan inovasi yang dilakukan oleh Mbah Ali, baik dalam pendidikan di pesantren, pengabdian di NU, maupun aktivitas politiknya.

"Kitab-kitab yang belum atau bahkan dilarang di pondok, sama Mbah Ali diajarkan. Hal-hal seperti ini tidak hanya terjadi dalam pondok, tapi juga dapat kita lihat dalam kerja-kerja di NU maupun aktivitas politik beliau," terang Kiai Zuhdi.