Peneliti UGM: GeNose C19 Aman Diaplikasikan Masyarakat Ketika Berpuasa
Ilustrasi gNose (ANTARA)

Bagikan:

Yogyakarta - Alat skrining dan diagnostik COVID-19 berbasis embusan napas "GeNose C19" dipastikan oleh Tim Peneliti dan Pengembangan GeNose C19 dari Universitas Gadjah Mada (UGM) tetap bisa digunakan saat sedang melaksanakan ibadah puasa.

"Selama bulan Ramadhan GeNose tetap bisa digunakan bagi masyarakat yang memang harus beraktivitas di luar rumah," kata Juru Bicara Tim Peneliti dan Pengembang GeNose C19 Mohamad Saifudin Hakim saat konferensi pers secara virtual di Yogyakarta, Senin.

GeNose C19 Tak Batalkan Puasa

Menurutnya puasa tak akan menghalangi kecakapan deteksi alat ciptaan para peneliti UGM itu sebab di luar bulan Ramadhon bahkan masyarakat yang hendak memakai GeNose dipinta berpuasa selama separuh hingga satu jam untuk menjaga keadaan rongga mulut.

"Harus menjaga kondisi rongga mulut dengan menghindari makanan dan minuman terutama yang mempunyai aroma yang kuat supaya hasil tes GeNose membuahkan hasil yang maksimal," katanya seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.

Meski demikian, khusus bagi masyarakat yang berpuasa, kata dia, uji napas menggunakan alat itu disarankan dilakukan pada pagi hari. 

"Lebih baik lagi didahului dengan berkumur atau bisa dilakukan satu jam setelah berbuka puasa," kata Mohamad Saifudin Hakim.

Sementara itu, perwakilan dari tim pengembang GeNose, Dian Kesumapramudya Nurputra mengatakan deteksi COVID-19 dengan GeNose untuk masyarakat yang berpuasa dianjurkan memilih waktu tidak lebih dari enam jam setelah makan sahur.

Apabila lebih dari waktu yang dianjurkan tersebut, katanya, ada kemungkinan gas asam lambung memengaruhi pembacaan GeNose. Berdasarkan hasil penelitian, kata dia, gas asam lambung bisa memunculkan positif palsu atau positif lemah dari hasil pemeriksaan napas menggunakan GeNose.

Kendati demikian, jika pengambilan sampel napas terpaksa melebihi waktu enam jam setelah sahur dapat diantsipasi dengan berkumur, menggunakan siwak, atau menyikat gigi terlebih dahulu.

"Sehingga gas dari asam lambung itu bisa ternetralisir," demikian Dian Kesumapramudya Nurputra .