Saat Turunnya Yield Obligasi AS, Rupiah Malah Menguat Akhir Pekan Ini
Ilustrasi: Karyawan menghitung rupiah di atas hamparan dolar AS (ANTARA FOTO)

Bagikan:

Yogyakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak datar di tengah turunnya imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS).

Pada pukul 10.10 WIB, rupiah menguat tipis satu nilai atau 0,01 persen ke posisi Rp14.614 per dolar AS dibandingi posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.615 per dolar AS. 

"Pasar merespons turunnya tingkat imbal hasil obligasi AS serta ketegangan terbaru antara AS dengan Rusia, setelah AS berikan sanksi besar-besaran terhadap Rusia serta mengusir para diplomat mereka," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Jumat seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang dijadikan acuan, turun di bawah 1,6 persen untuk pertama kalinya sejak 25 Maret.

Imbal hasil obligasi AS turun ke level 1,57 persen meskipun rilis data menunjukkan penguatan ekonomi AS. Departemen Perdagangan melaporkan penjualan ritel AS untuk Maret menunjukkan booming dengan pertumbuhan 9,8 persen, di atas estimasi 6,1 persen.

Sementara itu data lain menunjukkan data klaim tunjangan pengangguran awal mingguan untuk pekan yang berakhir 10 April sebesar 576.000, di bawah perkiraan 710.000. Sedangkan indeks dolar saat ini berada di level 91,81, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 91,67.

Nilai Tukar Rupiah hari ini alami Fluktuasi

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi, namun ditutup melemah di rentang Rp14.600 per dolar AS hingga Rp14.635 per dolar AS," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi.

Pada Kamis (15/4) lalu rupiah ditutup melemah 12 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp14.615 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.603 per dolar AS.