Upacara Adat Yogyakarta yang Wajib Diketahui
Upacara Adat Yogyakarta (Kratonjogja.id)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Daerah Istimewa Yogyakarta itu kalau kata orang memang kota yang bisa dibilang bikin kangen.

Kalau dipikir-pikir hal itu memanglah sangat relevan mengingat banyaknya daerah wisata yang ada di sana dan dengan ragam budayanya yang makin membuat kota ini berkesan bagi setiap orang yang pernah singgah kesana.

Kali ini hal yang perlu anda ketahui adalah soal "upacara adat yogyakarta". Nah seperti apa kah itu? Mari simak penjelasannya.

Beberapa Jenis Upacara Adat Yogyakarta

Sekaten

Upacara Sekaten adalah rangkaian dari upacara Gerebek Maulud. Kebiasaan adat yang satu ini yaitu upacara Keraton Jogja yang kental dengan nuansa religius (Islam). Sekaten yakni penghormatan terhadap hari lahirnya Nabi Muhammad SAW dan rutin diadakan tiap 5 hingga 11 Rabiul Awal.

Grebeg Maulud

Kata “grebeg” berasal dari momen Sultan dikala keluar istana untuk memberikan gunungan terhadap rakyatnya. Momen ini diibaratkan seperti suara embusan angin yang benar-benar keras, sehingga mengeluarkan bunyi grebeg.

Grebeg Maulud diadakan tiap 12 Rabiul Awal. Acara ini ditandai dengan kirab gunungan yang terdiri dari beras ketan, sayur, lauk, dan buah-buahan. Gunungan ini diarak dari Istana Kemandungan ke Mesjid Gedhe Kauman. Kirab dikawal 10 kompi prajurit Keraton.

Labuhan Parangkusumo

Upacara Labuhan Parangkusumo adalah komponen dari rangkaian kebiasaan Hajad Dalem Tingalan Jumenengan atau upacara adat penobatan tahta Sultan Jogja. Ini adalah upacara puncak yang bertujuan minta keselamatan kesejahteraan pada Sang Pencipta.

Acara ini dilaksanakan di empat daerah yang berbeda. Lokasi pertama adalah Pantai Parangkusumo, daerah melarung beragam sesaji ke laut. Pantai ini dipilih bukan tanpa alasan. Pantai Parangkusumo diandalkan sebagai daerah Panembahan Senopati bertapa dan berjumpa Nyai Roro Kidul yang berkomitmen membangun kerajaan besar dan kemudian berdirilah Kerajaan Mataram.

Siraman Pusaka

Tiap-tiap kerajaan pasti mempunyai benda pusaka, termasuk Keraton Jogja. Tiap tahun, keraton menjalankan upacara Siraman Pusaka untuk merawat benda-benda pusaka itu. Upacara ini dilakukan pada bulan Sura, tepatnya di Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon. Upacara dijalankan selama dua hari dan bersifat tertutup.

Beberapa Adat Istiadat Yogyakarta

Tumplak wajik

Tumplak Wajik adalah upacara yang menandai diawalinya pelaksanaan merangkai gunungan atau simbol sedekah raja terhadap rakyat. Nantinya, gunungan itu akan dibagikan terhadap warga pada upacara Garebeg.

Dalam setahun sendiri Keraton Yogyakarta menggelar tiga kali upacara Garebeg yakni Garebeg Mulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad, Garebeg Sawal menandai akhir bulan puasa, dan Garebeg Besar untuk memperingati hari raya Idul Adha.

Saparan

Saparan atau umumnya disebut dengan istilah bekakak merupakan budaya Jawa yang dilakukan untuk mengenang jasa seorang abdi dalem kesayangan Sri Sultan Hamengkubuwono I, yaitu Ki Wirosuto yang konon katanya sirna secara misterius ketika mencari batu gamping di Gunung Gamping bersama dengan istrinya. Upacara ini dilakukan pada bulan Safar dalam kalender Jawa.