YOGYAKARTA - Terkait dengan polemik pernyataan "Kalimantan tempat buang jin," Sekjen Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, Edy Mulyadi akhirnya meminta maaf.
"Jika itu dianggap salah, saya minta maaf. Kalau teman-teman di Kalimantan merasa terganggu, terhina, tentu saya minta maaf," ujar Edy Mulyadi lewat video yang diunggah di kanal YouTubenya, Senin, 24 Januari.
BACA JUGA:
Mantan caleg PKS itu lantas menjelaskan soal pernyataannya tersebut. Menurutnya, dia bukan bermaksud untuk menghina masyarakat Kalimantan. Namun, kata dia, tempat jin buang anak hanya analogi untuk menggambarkan daerah yang jauh.
Minta Maaf Karena Sebut Kalimantan Tempat Jin Buang Anak
"Di Jakarta, (istilah) tempat buang jin digambarkan (untuk wilayah) jauh," jelas Edy.
Dia mengklaim, istilah tersebut sudah biasa disampaikan di Jakarta. Bahkan, kata dia, di beberapa tempat Jakarta juga pernah disebut sebagai tempat jin buang anak.
"Jangankan Kalimantan, mohon maaf, Monas dulu tempat jin buang anak, BSD, Bumi Serpong Damai itu tahun 80-90an masih jadi tempat jin buang anak. Itu istilah biasa," kata Edy.
Dikenal, pernyataan Edy berkaitan jin membuang buah hati mengundang amarah masyarakat lantaran dianggap menghina warga Kalimantan.
Malahan, Senator DPD RI asal Kalimantan Utara, Hasan Basri, hingga menyesalkan pernyataan Edy Mulyadi. Menurutnya, diksi yang diterapkan Sekjen Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama itu benar-benar melukai hatinya sebagai warga Kalimantan.
“Pernyataan ini tentu sangat melukai hati kami (warga Kalimantan). Harus bedakan mana kritik, mana penghinaan,” ujar Hasan, Senin, 24 Januari.
Anggota Komite III DPD RI, menilai cara penolakan Edy Mulyadi pada pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) baru sangat tidak elok. Sebab, kata dia, yang bersangkutan terkesan menghina lokasi tempat ibukota baru didirikan.
"Tidak pantaslah dia ngomong seperti itu terhadap daerah orang, itu menyakiti namanya," tegas Hasan Basri.
Artikel ini telah tayang dengan judul: Buntut Sebut Kalimantan Tempat Jin Buang Anak, Edy Mulyadi Akhirnya Minta Maaf, saatnya merevolusi pemberitaan!