3 Bulan Terakhir Demam Berdarah Tembus 181, Dinkes Gunung Kidul Prediksi Lampaui Angka Kasus Pada 2021
Petugas melakukan pengasapan (fogging) untuk mengantisipasi penyebaran wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) (Foto: ANTARA)

Bagikan:

GUNUNG KIDUL - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat ada 181 kasus demam berdarah dengue (DBD) selama Januari sampai dengan Maret tahun ini. Dua di antaranya meninggal dunia.

Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Gunung Kidul Diah Prasetyorini merinci,pada Januari terdapat 133 kasus, Februari 39 kasus dan Maret 9 kasus.

"Jadi selama 3 bulan ini sementara mencapai 181 kasus (DBD). Dari jumlah tersebut, ada dua kasus yang berujung hingga meninggal dunia. Kedua kasus itu muncul pada bulan yang berbeda," kata Diah di Gunung Kidul, Antara, Senin, 21 Maret. 

Ia mengatakan jumlah tersebut hampir menyamai total kasus meninggal akibat DBD pada 2021. Di mana pada 2021 total ada tiga orang yang meninggal. Saat ini tren kasus DBD di Gunung Kidul sudah mengalami penurunan. Pada periode Januari-Maret 2021 lebih rendah dibanding periode tersebut di 2022.

"Pada 2021 lebih rendah dari 2022, di bulan yang sama, Januari, Februari dan Maret," katanya.

Diah memprediksi jumlah kasus DBD tahun ini bisa melebihi tahun lalu. Memasuki tiga bulan awal saja sudah ada 181 kasus, sedangkan 2021 total ada 189 kasus DBD.

Menurutnya, tingginya kasus DBD pada awal tahun ini karena masih minimnya kesadaran masyarakat akan dalam upaya pencegahan, khususnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serta pemantauan jentik.

Untuk itu pihaknya meminta masyarakat agar secara berkala membersihkan sarang nyamuk sebagai upaya pencegahan DBD.

"Kalau DBD lebih ke PSN dan kesadaran untuk melaksanakan gerakan satu rumah satu pemantauan jentik berkala secara mandiri(Jumantik)," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinkes Gunung Kidul Dewi Irawaty mengatakan sosialisasi gerakan PSN dan satu rumah satu jumantik gencar dilakukan ke lapisan masyarakat. Menurutnya, saat ini yang diperlukan adalah peran aktif masyarakat.

"Kami sudah gencarkan sosialisasi terkait pencegahan DBD, tapi kembali lagi masyarakat harus ikut berperan aktif dalam mencegah penyebaran DBD. Karena upaya penanggulangan sangat membutuhkan partisipasi masyarakat," katanya.