YOGYAKARTA - Presiden Republik Federal Jerman Frank-Walter Steinmeier mengunjungi pameran proyek Monumen Antroposen di Jogja National Museum (JNM), Yogyakarta, Jumat.
Saat tiba di JNM, Presiden Steinmeier bersama Wakil Gubernur DIY K.G.P.A.A. Paku Alam X disuguhi pameran mengenai konsep, mesin-mesin, beserta presentasi mengenai proyek seni yang dibiayai Pemerintah Jerman itu.
"Kami sedang mengerjakan satu proyek yang bentuknya seperti kompleks. Kompleks ini mencoba menggabungkan antara kosep ekologi, ekonomi sirkular, seni, dan budaya," ujar kurator Seni dan Budaya Proyek Monumen Antroposen Ignatia Nilu seusai kunjungan Presiden Jerman.
Presiden Jerman Kunjungi Pameran
Monumen Antroposen, kata dia, digagas oleh seniman berkebangsaan Jerman Franziska Fennert dan mulai dikerjakan pada tahun 2020.
Proyek seni kolosal tersebut, ujar Nilu, dikerjakan secara kolektif oleh seniman, kurator, ilmuwan, serta masyarakat di sebuah lahan yang berjarak sekitar 200 meter dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Piyungan, Bantul, DIY.
"Awalnya memang (Presiden Jerman) dijadawalkan untuk melihat proyek langsung. Akan tetapi, karena kondisi cuaca dan juga jarak dengan bandara, akhirnya kami memutuskan untuk membuat satu presentasi di sini (JNM)," tutur dia.
Di kompleks monumen tersebut, kata Nilu, bakal dilengkapi sejumlah ruangan yang dapat difungsikan untuk pameran, pementasan, plaza, serta sebuah monumen berbentuk menyerupai candi dengan material berbahan dasar sampah plastik.
Menurut Nilu, lokasi Monumen Antroposen sengaja mendekati TPST Piyungan agar lebih mudah dan cepat mendapatkan bahan dasar material yang dibutuhkan.
"Orang nanti di sana bisa belajar, terutama pemulung nanti mendapatkan pelatihan-pelatihan supaya tidak lagi menjual material, tetapi (menjual) material yang sudah terkelola," kata dia.
Presiden Steinmeier, kata Nilu, dalam kunjungan itu terkesan dengan proyek seni di Indonesia yang pengerjaannya sangat berbasis konektivitas, komunitas, dan kolaborasi.
Apalagi, proyek seni tersebut sekaligus menjadi laboratorium masyarakat yang belum pernah ada sebelumnya.
"Beliau bisa memahami bahwa kolaborasi itu menjadi sesuatu yang tidak lagi natural dalam dunia kapital. Kalau kita lihat di negara-negara maju, kerja kolaborasi itu tidak terjadi seperti di Yogyakarta," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, penggagas proyek seni Franziska Fennert menjelaskan bahwa kunjungan kebudayaan Presiden Federasi Jerman ini sangat penting, mengingat proyek Monumen Antroposen sendiri merupakan hasil Kerjasama Forum Upcycle Indonesia, Goethe-Institut Jakarta, dan Bawuran.
"Tentu ini menjadi penting untuk memperkuat hubungan kebudayaan Indonesia dengan Jerman, mengingat proyek ini terselenggara berkat kerja sama dari beberapa lembaga yang mewakili dua negara ini," ujar Franziska Fennert.
Proyek kolektif seni Monumen Antroposen menjadi tujuan akhir dari lawatan kebudayaan Presiden Federasi Jerman Frank Walter Steinmeier di Yogyakarta, Jumat, setelah mengunjungi Universitas Gadjah Mada dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
BACA JUGA:
Saatnya merevolusi pemberitaan di Jogja.Voi.id!