YOGYAKARTA - Pusat Riset Teknologi Deteksi Radiasi dan Analisis Nuklir (PRTDRAN) Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang melakukan riset terkait pencemaran lingkungan daerah industri dan perkotaan berbasis teknik nuklir di Indonesia.
"Diharapkan riset ini dapat menjadi salah satu acuan berbasis teknologi mutakhir dalam merumuskan, mengambil tindakan dan kebijakan yang tepat dan terarah untuk mengatasi permasalahan pencemaran udara," kata Kepala PTDRAN ORTN BRIN Abu Khalid Rivai dalam keterangan yang diakses ANTARA di laman resmi BRIN di Jakarta, Sabtu.
Penelitian tersebut dilakukan secara bertahap selama lima tahun yakni pada 2020-2024. Pelaksanaan riset itu dilatarbelakangi akibat meningkatnya urbanisasi dan berbagai aktivitas transportasi dan industri berpotensi memiliki dampak pencemaran di udara seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.
Meneliti Pencemaran Lingkungan
Rivai menuturkan hasil riset tersebut diharapkan dapat menjadi acuan untuk melengkapi dan menyempurnakan peraturan pemerintah terkait baku mutu kualitas udara ambien di Indonesia agar kualitas udara menjadi lebih baik dan langit Indonesia menjadi lebih biru.
Kondisi kualitas udara di Indonesia menurut Air Quality Live Index cenderung memburuk dalam dua dekade terakhir.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), 91 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah dengan tingkat polusi udara melebihi batas aman. Pencemaran udara itu memiliki dampak yang cukup signifikan pada gangguan kesehatan manusia, ekosistem, perubahan iklim dan pemanasan global.
Peneliti Ahli Utama PTDRAN Muhayatun Santoso mengatakan kegiatan riset yang dilakukan meliputi pelaksanaan sampling, karakterisasi, identifikasi dan kuantifikasi polutan lingkungan, dan kajian dampak kegiatan industri pada pencemaran lingkungan.
Ia menuturkan penggunaan Teknik Analisis Nuklir (TAN) untuk riset terkait pencemaran udara, seperti teknik Analisis Aktivasi Neutron (AAN), X-Ray Flourescence (XRF) dan Proton Induced X-Ray Emission (PIXE), sangat sesuai dan diperlukan dalam menganalisis sampel partikulat udara dengan massa yang sangat kecil.
Menurut dia, teknologi TAN memiliki kepekaan yang tinggi, simultan, selektif, dan limit deteksinya mencapai orde nanogram, mampu mendeteksi 20-30 unsur runutan, dapat menganalisis sampel partikulat udara dengan bobot yang sangat kecil serta dengan jumlah sampel yang cukup banyak.
Muhayatun berharap kelebihan teknik analisis nuklir tersebut diharapkan mampu menjadi solusi dalam permasalahan pencemaran lingkungan.