Makin Sering Diguyur Hujan, Aktivitas Penambangan Pasir di Lereng Gunung Merapi Diminta Waspada Longsor
Manda (10) belajar daring diawasi orangtuanya yang bekerja menambang pasir di lereng Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta, Senin 9 November 2020. (Antara-Andreas F A)

Bagikan:

JATENG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali meminta warga yang beraktivitas menambang pasir di lereng Gunung Merapi mewaspadai potensi bencana banjir hingga longsor.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Boyolali, Widodo Munir, mengatakan hujan dengan intesitas deras disertai angin kencang dan petir diprediksi masih dapat mengguyur wilayah penambangan pasir di Banyudono, Kemusu, Karanggede, Ampel, dan Selo.

BPBD meminta para penambang tradisional di lereng Merapi memperhatikan peringatan dini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) itu dengan mewaspadai kemungkinan terjadi bencana selama kegiatan penambangan.

"Ketika terjadi hujan jangan melakukan aktivitas, akan membahayakan para penambang sendiri. Jaga keselamatan jiwa ketika melakukan penambangan baik di sungai maupun di lahan sendiri," kata Widodo di Boyolali, Provinsi Jawa Tengah (Jateng), dikutip dari Antara, Kamis 20 Oktober.

Banjir berpotensi terjadi di daerah aliran sungai yang menjadi tempat penambangan pasir seperti Kali Apu di wilayah Selo maupun Sungai Gandul yang berhulu di Gunung Merapi.

Selain itu, kata Widodo, warag juga diminta mewaspadai daerah tempat penambangan pasir yang tanahnya labil berisiko longsor saat hujan deras turun.

Dia juga menyampaikan peringatan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi bahwa Gunung Merapi statusnya masih siaga.

Masyarakat yang ada di kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Merapi, khususnya Desa Tlogolele dan Klakah di Kecamatan Selo Boyolali, diminta mewaspadai kemungkinan gunung api itu mengalami erupsi selama musim penghujan.