Mungkinkah Dosen UII yang Sempat Dinyatakan Hilang Ternyata Terpapar Gerakan Terlarang?
Dokumentasi - Ahmad Munasir Rafie Pratama, dosen yang hilang kontak usai mengunjungi University of South-Eastern Norway (USN) di Norwegia. (ANTARA/HO-Humas UII)

Bagikan:

JAKARTA - Motif Ahmad Munasir Rafie Pratama mengubah rute perjalanan pulang ke tanah air dan malah terbang ke Boston, AS masih belum diketahui. Tapi Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Fathul Wahid tak percaya kalau ada dugaan yang bilang karena terpapar gerakan terlarang.

Ahmad Munasir Rafie Pratama (AMRP), adalah seorang dosen yang dikabarkan hilang kontak usai mengunjungi University of South-Eastern Norway (USN) di Norwegia.

Seharusnya Rafie mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, pada Kamis 16 Februari pukul 18.00 WIB, dari Istanbul, Turki, dengan menumpang pesawat Turkish Airlines.

Namun kenyataannya, Ahmad Munasir Rafie Pratama terdeteksi masuk ke wilayah Amerika Serikat melalui salah satu bandara di Boston pada Senin (13/2). Temuan ini didapat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI didasarkan pada data Perlindungan Budaya dan Perbatasan AS (United States Customs and Border Protection).

Bagi Fathul Wahid, Rafie adalah sosok yang cerdas. Bisa dilihat dari jejak akademis dan karya-karya yang dihasilkan. Rafie yang terdeteksi berada di Amerika Serikat juga tercatat menjabat sebagai Wakil Dekan Fakultas Teknik Informatika UII Yogyakarta.

Fathul belum tahu alasan atau motivasi Rafie mengubah rute perjalanan pulangnya dari Norwegia tanpa memberi tahu siapa pun, termasuk ke pihak keluarga.

"Selama ini, semua tugas yang kami berikan dijalankan dengan baik sehingga pasti ada sesuatu yang kami belum tahu pasti sampai itu terjadi. Mengapa orang baik kok bisa tidak lapor, ini seperti anak kecil di rumah tiba-tiba main ke tempat tetangga dan tiba-tiba tidak pulang, kira-kira begitu," kata Fathul Wahid di Kampus Terpadu UII Yogyakarta di Jalan Kaliurang, Kabupaten Sleman, Senin 20 Februari dilansir Antara.

Terkait tujuan dosen Fakultas Teknologi Industri tersebut berada di AS tanpa sepengetahuan keluarga dan pihak kampus itu, Fathul enggan berspekulasi. Dia tetap meyakini bahwa Rafie tidak memiliki keterkaitan dengan gerakan-gerakan terlarang.

"Kami tidak melihat Mas Rafie pernah berafiliasi dengan lembaga yang visi misinya bertentangan dengan UII. Sehingga, kami kalau ada teori yang mengatakan terkait dengan gerakan-gerakan itu, cenderung itu sangat kecil peluangnya; meskipun kami belum punya informasi pasti yang memastikan teori itu, tapi kecil kemungkinan itu," jelasnya.

Menurut Fathul, Rafie sudah biasa bepergian ke luar negeri untuk mengerjakan proyek internasional. Rafie tercatat dua kali pergi ke AS pada 2022.

"Beliau sudah biasa ke luar negeri, sudah biasa kerja sama internasional. Jadi, ini kasus khusus ini, betul-betul kasus belum pernah terjadi dalam sejarah UII," tambahnya.

Fathul menegaskan UII saat ini masih fokus mencari keberadaan pasti Ahmad Munasir Rafi Pratama di Boston, berkoordinasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) setempat.

"Posisinya di Boston tidak kami ketahui secara pasti, sehingga kami perlu waktu untuk melacaknya; dan misi kami yang utama adalah membawa Mas Rafie pulang kembali ke Indonesia," ujarnya.