Cara Pemerintah Wujudkan Indonesia Emas 2045: Ciptakan Calon-Calon Ibu Unggul
Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. (Foto via ANTARA/HO-Humas Kemenko PMK)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah, melalui Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), memiliki program untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Untuk itu, perlu mengintensifkan program pembangunan manusia mulai dari hulu hingga hilir.

Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan, untuk mewujudkan Indonesia Emas, program pembangunan manusia menjadi aspek yang paling penting Program ini bertujuan mencetak generasi yang unggul, berkualitas, berintegritas, berdaya saing, dan memiliki karakter yang berakhlak mulia.

"Untuk mencetak SDM unggul, bisa dimulai dari hulu yakni dengan cara menyiapkan calon-calon ibu yang akan melahirkan generasi emas ke depan. Perempuan menjadi pusat pembangunan manusia karenanya persiapan ini harus dimulai sejak masa remaja," kata Muhadjir, seperti dinukil dari Antara, Sabtu, 4 Maret.

Dia menjelaskan pemenuhan gizi bagi remaja putri sangatlah penting guna menjaga kondisi kesehatannya dan mencegah terjadinya anemia.

"Remaja putri nantinya akan menikah dan menjadi calon ibu, untuk mencegah atau mengoreksi anemia pada remaja putri akan dapat mendukung upaya pencegahan stunting, karena jika remaja putri menderita anemia, berpeluang menderita anemia juga saat hamil. Jika tidak ditangani akan berisiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah dan meningkatkan risiko melahirkan bayi stunting," katanya.

Karena itu, lanjutnya, selain perlu untuk mengonsumsi gizi seimbang yang kaya akan protein hewani, remaja putri perlu rutin mengonsumsi tablet penambah darah guna mencegah terjadinya anemia.

"Tablet penambah darah bagi remaja putri sangat penting untuk kesehatan rahim pada masa yang akan datang, ini merupakan intervensi yang perlu diperhatikan agar remaja putri yang nantinya menjadi calon ibu tidak terkena anemia, yang dapat menyebabkan anak yang dikandung kelak mengalami stunting," katanya.

Muhadjir juga meminta peran aktif keluarga, khususnya orang tua, untuk memastikan kondisi kesehatan remaja putri, dan memastikan pemenuhan gizi seimbang yang kaya akan protein hewani guna mencegah terjadinya anemia.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2022 turun menjadi 21,6 persen dari 24,4 persen pada 2021.

"Pemerintah menargetkan prevalensi stunting bisa turun menjadi 14 persen pada tahun 2024 mendatang," kata Muhadjir.