Apa Itu Politik Identitas? Inilah Bahayanya Kerukunan Masyarakat Indonesia
Ilustrasi politik identitas (Unsplash/felix_mittermeier)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Isu politik identitas semakin berhembus santer mendekati Pemilu 2024. Jika berkaca pada pesta demokrasi sebelumnya, politik identitas juga mewarnai gelaran Pemilu 2019. Apa itu politik identitas dan contohnya?

Pemilu 2024 yang tinggal menunggu hitungan bulan ke depan pun dibayangi oleh politik identitas. Para elit politik akan menggunakan politik identitas untuk membangun dukungan masa. Tujuannya supaya di waktu pemilihan bisa mendapatkan banyak dukungan atau suara dari masyarakat.

Politik identitas yang biasanya dimanfaatkan oleh para elit politik adalah menggunakan kesamaan agama, suku, ras, dan etnis. Nuansa politik identitas akan semakin terasa mendekati waktu pemilu. Isu-isu sensitif berkaitan dengan beberapa hal di atas akan sering digoreng di media sosial. Oleh karena itu, masyarakat perlu tahu apa itu politik identitas dan mewaspadainya. 

Apa Itu Politik Identitas

Politik identitas secara umum mengacu pada aktivitas dan gerakan sosial-politik. Baik gerakan yang dilakukan secara individu maupun kelompok. Para elit politik akan menggunakan identitas untuk mencari pengakuan yang lebih luas dari masyarakat dalam rangka mengumpulkan dukungan suara. 

Pengertian politik identitas terbentuk dari dua kata yaitu ‘politik’ dan ‘identitas’. Berdasarkan buku Sejarah Sosial Pendidikan Islam yang diterbitkan oleh penerbit Guepedia, identitas atau jati diri adalah pengakuan terhadap seorang individu atau kelompok tertentu yang menjadi satu kesatuan menyeluruh yang ditandai masuknya satu kelompok atau golongan tertentu. 

Penggabungan atau keterlibatan kelompok tersebut dilandasi adanya persamaan sebuah identitas. Persamaan identitas bisa datang dari berbagai hal, seperti agama, gender, suku, ras, profesi dan lainnya. Politik identitas kemudian digunakan sebagai cara seseorang atua kelompok untuk mendapatkan pengakuan publik atas dasar identitas mereka. 

Sejumlah ahli juga telah menyampaikan definisi dari politik identitas. Achmad Fachrudin, melalui buku Konflik Politik Identitas, menyebutkan bahwa politik identitas adalah aliran politik yang melibatkan seorang atau kelompok masyarakat yang mempunyai kesamaan karakteristik, mulai dari agama, suku, gender, etnisitas, dan jenis kelamin. 

Abdillah dalam buku Politik Identitas Etnis (2002) menjelaskan bahwa politik identitas sebaai politik yang dasar utama kajiannya dilakukan untuk menghimpun kesamaan atas dasar identitas tertentu, seperti etnis, gender, agama, dan lainnya. 

Cressida Heyes, dalam buku Stanford Encyclopedia of Philosophy (2007), mendefinisikan politik identitas sebagai aktivitas politik yang dikaji secara teoritik berdasarkan pengalaman-pengalaman persamaan dan ketidakadilan yang dirasakan oleh golongan tertentu.

Bahaya Politik Identitas

Strategi politik identitas sebenarnya lumran dan sah digunakan dalam dunia politik. Asalkan strategi tersebut dijalankan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mengikuti moralitas politik suatu negara. Namun sayangnya politik identitas sering dimanfaatkan untuk tujuan menjatuhkan lawan politik dengan cara negatif. 

Politik identitas perlu diwaspadai oleh masyarakat karena berpotensi menggiring opini publik ke arah tertentu. Politik identitas bisa membangun opini publik yang menilai bahwa orang yang tidak punya kesamaan identitas dengan mereka, maka tidak pantas untuk menjadi seorang pemimpin. 

Bahkan politik identitas yang berlebihan bisa berujung pada paham fasisme dan separatisme. Apabila kedua paham ini tertanam di masyarakat, maka suatu negara berpotensi terpecah belah akibat politik identitas. 

Contoh Politik Identitas

Contoh politik identitas adalah aksi kampanye yang mengusung unsur agama. Kampanye berbasis agama ini bisa memicu perpecahan antarumat beragama. Apalagi mengingat masyarakat yang tinggal di Indonesia terdiri dari banyak agama. Isu politik identitas ini sangatlah sensitif dan berbahaya bagi kesatuan bernegara dan bermasyarakat. 

Misalnya tingginya tekanan dari kelompok agama radikal bisa berdampak pada masyarakat yang memeluk agama lain. Warga beragama minoritas akan merasa terdiskriminasi. Apabila dibiarkan maka hal ini bisa menimbulkan perpecahan di masyarakat hingga gerakan separatisme dalam skala besar. 

Contoh politik identitas bisa dilihat waktu Pilkada DKI Jakarta 2017. Pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno menjadi representasi masyarakat muslim pribumi. Sementara pasangan Ahok-Djarot merepresentasikan kaum non muslim dari etnis Tionghoa. 

Demikianlah ulasan mengenai apa itu politik identitas. Menjelang penyelenggaraan pemilu, politik identitas digunakan sebagai senjata atau strategi untuk bisa memperoleh suatu kekuasaan. 

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI . Kamu menghadirkan terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.