Tidak Termasuk Jaringan Teroris, Pelaku Penembakan Kantor MUI Hanya Ingin Diakui Sebagai Nabi
Tangkap layar video penembakan kantor MUI, pelaku tidak sadar di lokasi kejadian

Bagikan:

JAKARTA – Polda Metro Jaya mengungkap latar belakang Mustopa, pelaku penembakan kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Menteng , Jakarta Pusat, Selasa, 2 Mei, sekitar pukul 10.00 WIB. Direskrimum Polda Metro Jaya, Hengki Haryadi mengungkap bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan Detasemen Khusus 88, hasilnya Mustopa tidak terlibat jaringan mana pun.

“Kemudian yang kedua kita juga berkoordinasi dengan Detasemen Khusus 88 untuk memastikan apakah tersangka ini merupakan bagian dari jaringan terorisme, kami sudah koordinasi dengan. Hasil penyelidikan Densus bahwa TSK ini tidak termasuk jaringan terror.” ungkap Hengki kepada wartawan, Selasa, 3 Mei.

Menurut Hengki, Mustopa bukan merupakan wujud dari teror lone wolf dan juga tidak terkooptasi dengan ideologi agama yang ekstrim.

“Kemudian kita berkoordinasi dengan Polda Lampung dan kita lihat sejarahnya dari TSK ini, memang dari alat bukti yang ada, tulisan-tulisan, yang pertama motif sementara bahwa yang bersangkutan ini ingin mendapat pengakuan sebagai wakil nabi.” tambah Hengki.

Mustopa ingin diakui sebagai nabi. Dan itu pun tertuang dalam surat yang ditemukan kepolisian di lokasi kejadian.

“Salah satunya tertulis yang bersangkutan (Mustopa) berdasarkan hadits di akhir zaman ada 73 golongan dalam Islam dan hanya satu golongan yang diakui. Dan itu adalah saya sebagai wakil Tuhan.” begitu kata Hengki melihat isi surat tersebut.

“Kedua ada niat jahat dariapda TSK yang dimulai dari tahun 2018. Dari surat itu yang mana menyatakan (Mustopa) apabila tidak diakui maka akan lakukan tindakan kekerasan terhadap pejabat-pejabat negeri dan juga MUI dengan mencari senjata api berdasarkan surat-surat itu.” pungkasnya.