Sebut Konflik China-AS akan Jadi Bencana, Menhan Li Shangfu: Banyaknya Perbedaan Tidak Jadi Halangan Mencari Titik Temu
Menhan China Li Shangfu saat brbicara pada IISS Shangri-La Dialogue 2023 di Singapura. (Twitter/@IISS_org)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan China Li Shangfu mengatakan pada pertemuan puncak dialog keamanan pada Hari Minggu, konflik dengan Amerika Serikat akan menjadi "bencana yang tak tertahankan", dengan negaranya mengutamakan dialog daripada konfrontasi.

Berbicara pada IISS Shangri-La Dialogue 2023 di Singapura, Menhan Li mengatakan dunia ini cukup besar bagi China dan AS untuk tumbuh bersama, pernyataan yang dibuat beberapa hari setelah ia menolak untuk bertemu dengan mitranya dari AS untuk melakukan pembicaraan langsung.

"Tiongkok dan AS memiliki sistem yang berbeda dan berbeda dalam banyak hal," katanya dalam sebuah pidato internasional pertamanya, sejak diangkat sebagai Menteri Pertahanan Nasional Tiongkok pada Bulan Maret, melansir Reuters 5 Juni.

"Namun, hal ini seharusnya tidak menghalangi kedua belah pihak untuk mencari titik temu dan kepentingan bersama untuk menumbuhkan hubungan bilateral dan memperdalam kerja sama," lanjut Menhan Li.

"Tidak dapat dipungkiri bahwa konflik atau konfrontasi yang parah antara Tiongkok dan AS akan menjadi bencana yang tak tertahankan bagi dunia," tandasnya.

Dengan mengenakan seragam jenderal Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), Menhan Li menyampaikan pidatonya tepat saat peristiwa Lapangan Tiananmen 4 Juni tahun 1989 genap berusia 34 tahun.

li shangfu
Menhan China Li Shangfu saat brbicara pada IISS Shangri-La Dialogue 2023 di Singapura. (Twitter/@IISS_org)

Diketahui, hubungan antara Washington dan Beijing sangat tegang karena berbagai masalah, termasuk Taiwan yang diperintah secara demokratis, sengketa teritorial di Laut Cina Selatan dan pembatasan Presiden Joe Biden terhadap ekspor chip semikonduktor.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menegur China dalam pidatonya di KTT pada Hari Sabtu, karena menolak untuk mengadakan pembicaraan militer, membuat kedua negara adidaya tersebut menemui jalan buntu atas perbedaan mereka.

Menteri Austin mengatakan, dialog "bukanlah sebuah hadiah, melainkan sebuah keharusan".

Sementara, Menhan Li lebih terkendali dalam pidatonya, meskipun ia menyindir Amerika Serikat secara terselubung, menuduh "beberapa negara" mengintensifkan perlombaan senjata dan dengan sengaja mencampuri urusan dalam negeri negara lain.

"Mentalitas Perang Dingin kini bangkit kembali, sehingga meningkatkan risiko keamanan. Saling menghormati harus lebih diutamakan daripada penindasan dan hegemoni," jelas Menhan Li.

Menhan Li, yang dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat pada tahun 2018 atas pembelian senjata dari Rusia, berjabat tangan dengan Menhan Austin pada acara makan malam pada Hari Jumat, tetapi keduanya belum melakukan diskusi yang lebih dalam, meskipun ada permintaan berulang kali dari AS untuk lebih banyak pertukaran militer.