Polusi Udara Memprihatinkan, Kemenkes Belum Wacanakan WFH dan Pembelajaran Jarak Jauh
Ilustrasi pembelajaran jarak jauh (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kesehatan atau Kemenkes belum memiliki wacana tentang penerapan kembali pembelajaran jarak jauh (PJJ) maupun bekerja dari rumah atau work from home (WFH) terkait isu polusi udara yang makin memprihatinkan.

Sebelumnya, Presiden Jokowi pada rapat terbatas di Istana Merdeka, Senin kemarin, mengungkapkan bahwa pemerintah bakal mempertimbangkan opsi WFH atau sebagian ke kantor dan lainnya di rumah (hibrid) pada kondisi polusi udara yang parah.

Sementara itu, secara terpisah, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga menyarankan diberlakukannya kembali WFH dan PJJ terkait ancaman polusi udara di kawasan Jakarta dan sekitarnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Biro Komunikasi Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menyatakan, Kemenkes belum memiliki wacana menerapkan kembali PJJ atau WFH.

Siti Nadia Tarmizi mengingatkan mengenai dampak dari WFH dan PJJ saat pandemi. Kendati kedua upaya tersebut sangat berarti dalam menghindari penularan dan penyebaran Covid-19, dampaknya juga cukup signifikan bagi perekonomian dan  pendidikan.

"Kita kan sudah punya studinya ya, pada waktu WFH berapa angka ketertinggalan,” ucap Nadia dalam keteranganya, Rabu 16 Agustus.

Nadia yakin ada solusi-solusi lain di luar PJJ dan WFH, misalnya untuk menekan polusi udara maka diselenggarakan car free day, adanya program penggunaan kendaraan listrik, atau insentif untuk pajak kendaraan listrik.

Meskipun WFH dan PJJ ini diusulkan untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan warga negara, Nadia mengatakan, langkah ini justru berpengaruh pada kemunduran kualitas pendidikan yang diterima anak-anak.

Meskipun demikian, Nadia menyatakan bahwa Kemenkes akan mengikuti arahan yang disampaikan Presiden Jokowi.

Nadia menekankan, Kemenkes lebih fokus pada upaya pencegahan melalui edukasi warga agar menjaga kesehatan diri.

Lebih lanjut, Nadia menyebut asap rokok juga menjadi salah satu penyebab polusi. Apalagi dampak dari asap rokok terhadap perokok pasif sama bahayanya dengan perokok aktif.

"Jangan kita hanya ngomongin polusi udara. Polusi yang utama itu termasuk dengan ngerokok itu (polusi) paling dekat dan kita selalu perjuangkan supaya ada kawasan bebas asap rokok," katanya.

Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap perkembangan situasi dan mengikuti pedoman yang diberikan oleh pemerintah dan lembaga kesehatan terkait. Dengan kerja sama dan kesadaran bersama, diharapkan polusi udara dapat dikendalikan dan kualitas udara yang lebih baik dapat diwujudkan dalam waktu yang tidak terlalu lama.