238 Hektare Sawah di Lebak Banten Terancam Gagal Panen Akibat Kekeringan
Petani di Desa Tambakbaya Kabupaten Lebak melihat areal persawahan miliknya mengalami kekeringan dan terancam gagal panen. (ANTARA/Mansur)

Bagikan:

BANTEN - Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Banten. melaporkan 238 hektare sawah di Kabupaten Lebak terancam gagal panen akibat kekeringan.

"Kami terus berupaya untuk menyelamatkan tanaman padi dengan sistem pompanisasi khususnya areal persawahan yang memiliki sumber permukaan air," kata Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar di Lebak, Banten, Selasa 5 September, disitat Antara.

Areal persawahan yang mengalami kekeringan tersebut seluas 238 hektare tersebar di Kecamatan Malingping, Cihara, Leuwidamar, Maja, Curugbitung, Sobang, Warunggunung, Rangkasbitung, dan Kalanganyar.

Kekeringan tersebut hingga kini terus dipantau oleh Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (PPOPT) di setiap kecamatan.

Kemungkinan jika kemarau tersebut berlangsung sampai Oktober mendatang dipastikan jumlah kekeringan bertambah.

Karena itu, pihaknya kini berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Banten untuk penanganan dampak El Nino.

"Kami mengoptimalkan pompanisasi khusus areal persawahan yang memiliki sumber air permukaan sehingga bisa menyedot air dari aliran sungai," katanya menjelaskan.

Menurut dia, kekeringan yang melanda areal persawahan itu menyusul terjadi kemarau atau El Nino, dimana sejak tiga pekan tidak ada curah hujan.

Sebagian besar areal persawahan yang kekeringan itu karena tidak memiliki infrastruktur irigasi.

Mereka melakukan gerakan tanam hanya mengandalkan curah hujan tinggi, sehingga bila kemarau dipastikan terancam gagal panen.

"Kami minta petani menjadi anggota asuransi jika gagal panen mendapatkan ganti rugi sesuai premi bulanan," katanya menjelaskan.

Ketua Kelompok tani (Koptan) Sukabungah Kabupaten Lebak Ruhiana mengatakan pihaknya kini mengalami kerugian hingga Rp650 juta akibat tanaman padi mengalami kekeringan.

Dari areal persawahan di wilayahnya seluas 150 hektare, hanya 20 hektare yang bisa panen dan mayoritas lahan dipastikan gagal panen.

"Biaya produksi produksi rata-rata Rp5 juta/hektar. Jadi kerugian mencapai Rp650 juta," katanya.