Presiden Sisi Bicara dengan Joe Biden di Telepon, Rafah akan Dibuka untuk Pengiriman Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Antrean kendaraan pembawa bantuan kemanusiaan di Rafah. (Twitter/@RowanAdel31)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi dan Presiden AS Joe Biden membahas cara-cara untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza melalui penyeberangan perbatasan Rafah, dalam percakapan melalui telepon pada Hari Rabu, kata Kepresidenan Mesir dalam sebuah pernyataan.

"Pembicaraan antara kedua pemimpin berfokus pada situasi kemanusiaan di Gaza dan cara-cara untuk memfasilitasi pelaksanaan bantuan kemanusiaan," sebut pernyataan itu, melansir CNN 19 Oktober.

"Percakapan antara Presiden El-Sisi dan Presiden Amerika Serikat menjadi saksi kesepakatan, untuk memasukkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza melalui penyeberangan Raffah secara berkelanjutan," lanjut pernyataan itu.

"Presiden Biden menyampaikan terima kasih dan penghargaannya atas upaya kepemimpinan Mesir, dalam mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan," sebut pernyataan Mesir.

Sedangkan Presiden Biden dalam perjalannya kembali ke Amerika Serikat mengatakan kepada wartawan di Air Force One, Presiden Sisi setuju untuk mengizinkan 20 truk melewati perlintasan utama tersebut.

Presiden Biden juga mengatakan, jalan menuju Gaza harus diperbaiki dan lubang-lubang harus ditambal sebelum truk melintas. Ia memperkirakan itu akan memakan waktu sekitar delapan jam pada Hari Kamis, dengan perkiraan truk baru bisa melintas Hari Jumat.

Persimpangan itu akan dibuka hanya untuk menerima bantuan, bukan untuk evakuasi, kata Presiden Biden.

Pernyataan Mesir mengatakan, para pejabat di kedua negara berkoordinasi dengan organisasi kemanusiaan internasional, yang diawasi oleh PBB, untuk menyalurkan bantuan.

Presiden Sisi sebelumnya mengatakan, Rafah tidak pernah ditutup secara teknis, namun tidak dapat dioperasionalkan karena serangan oleh Israel.

Diketahui, sebelumnya Presiden Biden mengatakan Israel telah menyetujui bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Gaza melalui Mesir. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi itu, namun mengatakan pihaknya tidak akan mengizinkan pasokan masuk ke daerah kantong tersebut dari wilayahnya sendiri, sampai Hamas membebaskan semua sandera.

Diberitakan sebelumnya, truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan tertahan di persimpangan Rafah, perbatasan antara Gaza dan Mesir, kondisi yang disesalkan oleh Kepala WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam unggahannya di X, mengatakan bantuan tertahan selama empat hari.

"Setiap detik kita menunggu bantuan medis masuk, kita kehilangan nyawa," katanya seperti dikutip dari situs PBB.

Sedangkan Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths dalam unggahannya di X mengatakan, memberikan bantuan kepada masyarakat Gaza adalah "masalah hidup atau mati".

"Melakukan hal ini dengan cara yang berkelanjutan, tanpa hambatan dan dapat diprediksi adalah keharusan kemanusiaan," tambahnya.

Dikatakan, makanan, air, obat-obatan penting dan pasokan kesehatan hampir habis di wilayah kantong tersebut, di mana lebih dari seperempat penduduknya terpaksa mengungsi sejak awal konflik.

Terpisah, Kepala Badan Pengungsi Palestina PBB Philippe Lazzarini dalam pertemuan darurat Dewan Menteri Luar Negeri Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengatakan, "bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya sedang terjadi di depan mata kita."

"Gaza sedang dicekik dan dunia seolah kehilangan rasa kemanusiaannya," ujarnya.

Terkait