Generasi Milenial Tak Bisa Lepas dari Perkembangan Teknologi dan Informasi
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Yuliandre Darwis, Ketua Dewan Pakar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) menyatakan, perkembangan teknologi informasi di Indonesia sudah begitu maju. Hal ini menurutnya, tak terlepas dari keseriusan pemerintah dalam membangun infrastruktur teknologi hingga ke daerah 3 T (tertinggal, terdepan dan terluar).

"Infrastruktur teknologi informasi di Indonesia tidak ada yang tidak bagus. Ini terbukti dengan penggunaan internet oleh generasi milenial di Indonesia begitu tinggi. Generasi milenial seperti kita ketahui tidak bisa jauh dari penggunaan internet yang tentunya harus didukung infrastruktur yang mumpuni," ujar Yuliandre Darwis dalam webinar yang digagas Bakti Kominfo, Sabtu 13 Maret.

Bahkan menurut Yuliandre, konsumen terbesar penggunaan internet di Indonesia berasal dari generasi milenial. Peneliti Ericsson ConsumerLab beberapa waktu lalu juga menyebutkan tren produk teknologi muncul dengan mengikuti perilaku gaya hidup milenial.

"Produk teknologi mengikuti gaya hidup milenial. Orang-orang milenials tidak bisa lepas dengan Youtube, Facebook, Spotify, Instagram, TikTok dan sebagainya," jelasnya.

Namun demikian, lanjut Yuliandre, secara mengejutkan ada keamanan daring yang mengendur, di mana data menyebutkan ada 20 persen generasi milenial yang senang berbagi kata sandi. Ini tentu berpotensi mengorbankan keamanan daring mereka.

"Ini yang harus diperhatikan oleh milenial keamanan berselancar di internet, perlindungan terhadap data pribadi dan perilaku dalam berinternet akan menjadi sesuatu yang dikoreksi dan bahkan menjadi kelemahan dari seorang milenial ketika menggunakan teknologi," tutur Yuliandre.

Dalam kesempatan yang sama, Dekan Fisip Universitas Padjajaran, Widya Setiabudi Sumadinata mengatakan perihal bonus demografi, di mana hal itu adalah peluang namun juga tantangan di mana jumlah penduduk yang memasuki usia produktif (15-65 tahun) menjadi mayoritas penduduk.

"Diperkirakan bonus demografi ini akan terjadi sekitar tahun 2020-2030," tuturnya.

Persoalannya menurut Widya adalah, bagaimana caranya bonus ini tidak menjadi beban. Angkatan kerja yang berlimpah, kata dia, harus diiringi dengan kualitas sumber daya manusia yang bagus.

"Siapa yang akan berperan dalam bonus demografi, mereka adalah kaum generasi  Y atau generasi milenial. Bonus demografi pertama mulai 2017-2019, yang kedua sekarang ya 2020-2035, dan puncaknya 2028-2032. Maka yang akan menjadi pemain utama pada saat Indonesia mencapai puncak bonus demografi itu adalah mereka yang lahirnya antara tahun 1980-1995. Mereka ini adalah generasi milenial atau generasi Y," paparnya.