GeNose Boleh Dipakai Mulai Besok, Sayangnya Dianggap Belum Penuhi Kualifikasi Jadi Syarat Perjalanan
Penumpang kereta api di Pasar Senen tes GeNose (Foto: Dokumentasi PT KAI)

Bagikan:

JAKARTA - Mulai besok pemerintah membolehkan penggunaan alat tes COVID-19 GeNose sebagai alternatif skrining kesehatan pelaku perjalanan orang dalam negeri.

Hal ini tertuang dalam Surat Edaran Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nomor 12 Tahun 2021 tentang Ketentuan Perjalanan Orang dalam Negeri dalam Masa Pandemi COVID-19 yang berlaku efektif mulai 1 April 2021.

Dalam SE tersebut, tes GeNose COVID-19 bisa menjadi alternatif pengunaan tes RT-PCR dan antigen sebagai syarat perjalanan di semua moda transportasi, baik darat, laut, perkeretaapian, maupun udara.

Namun, penggunaan alat tes buatan dalam negari ini dianggap belum memenuhi kualifikasi sebagai prasyarat pelaku perjalanan. Sebab, kata ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman GeNose belum menjadi rekomendasi dari WHO untuk melakukan skrining pelaku perjalanan.

"Pemilihan skrining itu harus mempertimbangkan rekomendasi WHO. Yang jelas, sejauh ini WHO baru merekomendasikan dua, yaitu PCR dan rapid test antigen. Bukan semata-mata GeNose dipakai karena murah, mudah, dan produksi dalam negeri. Bukan itu," kata Dicky kepada VOI, Rabu, 31 Maret.

Selain itu, pemerintah juga perlu mempertimbangkan kondisi pandemi COVID-19 yang belum terkendali. Terlebih, saat ini muncul ancaman virus strain baru COVID-19 dengan jenis B117.

Menurut Dicky, bila ingin mengendalikan penularan COVID-19 dalam pergerakan masyarakat, berarti harus pilih yang berkualitas dan sudah direkomendasikan.

"Kalau bicara konteks genose, memang betul ada potensi skrining. Tapi dalam konteks saat ini, saya merekomendasikan lakukan dalam setting fasilitas kesehatan saja dulu, sembari uji pada populasi umum dengan sampel yang besar, sehingga bisa memvalidasi hasilnya nanti klaim yang ditemukan sebelumnya itu," jelasnya.

Selain itu, kebijakan skrining pelaku perjalanan juga mesti berbasis perhitungan algoritma yang pas. 

"Dengan algoritma yang pas, kita sudah bisa mendapatkan prediksi nilai tes negatif yang tinggi, sehingga nantinya hasil yang negatif dari hasil tes itu benar-benar negatif. Kalau tidak, kita banyak yang kebobolan, seperti false negative dan false positive," lanjut Dicky.

Dipuja karena Produksi Dalam Negeri

GeNose adalah alat skrining cepat buatan anak bangsa yang tesnya berbeda dengan tes antigen atau swab. Tes yang dilakukan dengan GeNose berbasis embusan napas.

GeNose sedang dipuja karena alat ini merupakan inovasi pertama di Indonesia untuk pendeteksian COVID-19 melalui embusan napas. GeNose terhubung dengan sistem cloud computing melalui aplikasi berbasis kecerdasan artifisial untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real time. 

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono menilai, GeNose satu contoh inovasi anak bangsa yang memberi sumbangsih mewujudkan kemandirian alat kesehatan (alkes) nasional. "GeNose C19 merupakan bukti kemandirian bangsa bahwa kita melakukan hal baru dalam inovasi (alat kesehatan)," ungkap Dante, beberapa waktu lalu.

Menristek/Brin Bambang Brodjonegoro, mengapresiasi kehadiran GeNose, alat untuk skrining COVID-19 melalui embusan napas. Bambang meyakini, alat tersebut bisa jadi solusi dalam mengurangi ketergantungan Indonesia pads Polymerase Chain Reaction (PCR) impor untuk testing COVID-19.

"GeNose itu bagi kami adalah inovasi untuk mengurangi alat skrining yang berasal dari luar negeri," ujar Bambang.

Sebagai informasi, GeNose memiliki kelebihan yakni bisa mendeteksi lebih cepat dan harga yang relatif lebih murah, yakni mulai dari Rp20 ribu. Disebut-sebut, akurasi untuk mendeteksi COVID-19 menggunakan GeNose di atas 90 persen.

Nantinya, sampel embusan napas pasien yang diambil dengan menggunakan GeNose, apabila hasilnya positif tetap harus divalidasi dengan menggunakan uji standar swab PCR Test.