YOGYAKARTA - Sayuri, tokoh asal Jepang di Seoul yang kerap menghiasi layar kaca Korea Selatan, mengabadikan pengalamannya sebagai orangtua tunggal di acara reality show "The Return of Superman", di mana para pesohor Korea Selatan mengasuh anak tanpa bantuan istri.
Sayuri yang statusnya tidak menikah memiliki putra bernama Zen lewat inseminasi buatan. Keterlibatannya dalam reality show tersebut jadi perhatian karena dia adalah orang pertama yang memperlihatkan kehidupan sebagai orangtua tunggal di acara yang tayang sejak 2013.
BACA JUGA:
Tekad Sayuri
Dilansir Yonhap, keseharian Sayuri yang terekam dalam kamera tidak berbeda dari anggota "Superman" lain, kerepotan orangtua pada umumnya ketika mengasuh anak. "Saya harus mencintainya lebih dari ibu-ibu lain," kata Sayuri di acara itu.
"Saya harap dia tidak merasa kesepian atau ingin sesuatu yang lebih, meski tanpa ayah." November lalu, aktris dan penulis Jepang yang memulai karier hiburan di Korea lewat "Global Talk Show" pada 2007 mengungkapkan lewat media sosial bahwa dia menjadi ibu dari seorang putra menggunakan bank sperma di Jepang.
Sayuri memutuskan memiliki anak lewat bantuan bank sperma karena dikejar waktu akibat penyakit ovarium.
"Saya cuma punya dua pilihan yang tersisa saat itu, segera menikahi pria yang tidak saya cintai dan mengupayakan bayi tabung, atau melahirkan dan membesarkan anak sendirian," katanya dalam wawancara dengan KBS pada November dikutip VOI dari ANTARA.
"Saya tidak sanggup memilih yang pertama." Perempuan 41 tahun itu pergi ke Jepang karena hampir tidak mungkin perempuan lajang memiliki bayi tabung atau mengadopsi anak di Korea Selatan.
Berdasarkan pedoman Korean Society of Obstetrics and Gynecology, dokter hanya bisa melakukan inseminasi buatan kepada pasangan suami istri, jadi perempuan lajang tidak bisa mengikuti program bayi tabung.
"Saya tahu penting bagi seorang anak untuk punya ayah, tapi penting juga menerima hal yang berbeda," katanya.
"Saya menyayangi anjing piaraan saya. Kami tidak terhubung dengan darah, tapi kami adalah keluarga karena menghabiskan waktu bersama."
Kasus Sayuri adalah simbol melemahnya bentuk keluarga tradisional di Korea Selatan. Sebagian kaum konservatif menyatakan bahwa pilihannya untuk menjadi seorang ibu tunggal dapat merusak konsep keluarga yang "pantas" dan mendorong bentuk-bentuk keluarga yang menyimpang dari pola perkawinan dan persalinan yang "normal".
Tapi masyarakat juga mendukung Sayuri dan mengatakan sekarang waktunya mengubah konsep sosial keluarga dan merangkul keberagaman.
Statistik terbaru menunjukkan semakin banyak orang Korea yang tidak menikah dan memiliki anak. Berdasarkan data pemerintah, persentase rumah tangga yang terdiri dari orangtua dan anak yang tidak menikah turun dari 29,8 persen pada 2019 dari 37 persen pada 2010.
Sebaliknya, tipe keluarga baru seperti rumah tangga terdiri dari satu orang naik menjadi 30,2 persen dari 23,89 persen pada periode yang sama. Jumlah pasangan yang menikah di Korea Selatan mencapai titik terendah sepanjang masa pada 2020 menjadi 214.000. Pada 2020, jumlahnya 326.000.
Sementara jumlah bayi yang lahir juga menurun tajam, total angka kelahiran di negara itu mencapai rekor terendah 0,84 tahun lalu. Selain itu, semakin banyak anak muda yang menganggap tidak perlu menikah.
Sebuah survei baru-baru ini menunjukkan bahwa 60,9 persen dari mereka yang berusia 13-24 tahun mengatakan mereka tidak harus menikah, naik dari 49 persen dalam jajak pendapat sebelumnya yang dilakukan pada 2017.
Dengan latar belakang ini, pemerintah Korea Selatan meluncurkan rencana kebijakan jangka panjangnya untuk memperluas definisi keluarga untuk mengakui pasangan yang belum menikah yang tinggal bersama, keluarga asuh, dan rumah tangga dengan anggota tunggal.
Berdasarkan hukum saat ini, hanya unit yang dibentuk lewat pernikahan, darah dan adopsi yang dianggap sebagai keluarga, dan memenuhi syarat mendapat tunjangan kesejahteraan sosial dan perlindungan hukum.
Pada saat yang sama, pemerintah juga akan mendiskusikan apakah akses donor sperma diperbolehkan untuk perempuan yang tidak menikah, setelah membuat jajak pendapat publik.