BNPB Mengusulkan Episentrum Gempa Bantul Jadi Tempat Edukasi Gempa Bumi
Sekretariat Utama BNPB Lilik Kurniawan menerima cinderamata dari Wakil Bupati Bantul Joko Purnomo disela acara Sarasehan dan Doa Bersama dalam rangka Refleksi 15 Tahun Gempa Bumi di Tugu Prasasti Episentrum Gempa Bantul 2006 (ANTARA)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengusulkan kawasan Tugu Prasasti Episentrum Gempa Bumi Bantul 2006 di Dusun Potrobayan, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai tempat atau wahana edukasi bagi masyarakat terhadap bencana tersebut. 

"Mohon izin Pak Wakil Bupati, saya usulkan tempat ini kita jadikan sebagai tempat edukasi bencana gempa bumi," kata Sekretaris Utama BNPB Lilik Kurniawan di sela Sarasehan dan Doa Bersama dalam rangka Refleksi 15 Tahun Gempa Bumi Bantul di Tugu Prasasti Episentrum Gempa Bantul, Kamis. 

Usulan Episentrum Gempa Bantul Jadi Tempat Edukasi Gempa Bumi

Menurut dia, dengan dijadikan sebagai tempat edukasi gempa bumi, maka anak-anak atau generasi penerus Bantul bisa memanfaatkan tempat belajar atau studi tentang kebencanaan sesuai peristiwa yang telah terjadi pada 15 tahun lalu dan pengurangan resiko bencananya. 

"Kalau ini jadi tempat edukasi gempa bumi anak-anak kita yang biasa 'study tour' ke Jakarta lihat Monas, Ancol nanti tidak usah kemana-mana bisa ke sini, yang penting semua informasi gempa ada di sini, seperti apa yang diceritakan pemerintah daerah," katanya dikutip VOI dari ANTARA

Lilik mengatakan tempat edukasi gempa nantinya bisa dilengkapi dengan taman, sehingga pada hari libur akhir pekan, bisa menjadi tempat alternatif bagi para masyarakat dan komunitas pesepeda untuk berkunjung sambil belajar tentang gempa bumi Bantul. 

"Sehingga mereka bisa cerita ke anak-anak bagaimana pada 2006 Kabupaten Bantul pernah mengalami bencana demikian dahsyat, ini jadi bagian penting bagi kita untuk mengingatkan literasi memberikan edukasi kepada masyarakat," katanya. 

Dia mengatakan gempa bukan suatu peristiwa yang kemudian membuat masyarakat larut dan bersedih, tetapi mari menatap ke depan bahwa gempa bumi adalah peristiwa yang terulang, dan bisa terjadi pada saat kita sekarang, generasi kita hidup. 

"Gempa adalah peristiwa yang berulang, kita tidak tahu kapan akan terjadi lagi, 15 tahun saya kira waktu yang cukup panjang, bagaimana anak-anak kita yang sekarang umurnya 10 tahun, 12 tahun tentu tidak tahu di daerah ini pernah terjadi gempa bumi," katanya. 

Dia mengatakan, dengan tempat edukasi dan sejarah gempa, tentunya pemerintah tidak perlu terus menerus secara rutin menggelar refleksi untuk menceritakan bahwa 15 tahun lalu Bantul pernah ada gempa bumi 5,9 skala richter yang mengakibatkan 4.000 korban meninggal dan puluhan ribu orang terluka.