Soroti Lois Owien Sejak Desember 2020, dr Tirta: Apa <i>Sih</i> Niatmu Sebar Hoaks?
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran bersama dr Tirta (DOK Instagram dr.tirta)

Bagikan:

JAKARTA - Dokter Tirta Mandira Hudhi mengaku sudah menyoroti media sosial Lois Owien, dokter yang tidak mempercayai adanya COVID-19, sejak Desember 2020 lalu. Pasalnya, dr Lois Owien dinilai menyebarkan narasi kebohongan terkait virus corona yang menjangkiti penduduk dunia.

"Awal mulanya Lois itu muncul di Twitter Desember 2020. Facebook-nya pada bulan yang sama yang membuat narasi hoaks COVID itu nggak ada. Dia pada waktu itu pansos-nya dengan cara mengata-ngatai petinggi IDI dengan sebutan goblok, tolol dan idiot. Saat itu kita anggap dia kayak akun fake biasa aja, bodoh amat lah dengan orang seperti ini," ujar dr Tirta kepada VOI, Senin, 12 Juli.

 Dokter Tirta mengaku tidak mengenal dr Lois sebelumnya. Hingga suatu hari, dr Lois menghubungi dr Tirta secara pribadi melalui pesan elektronik via WhatsApp dengan mengklaim bahwa COVID-19 sebetulnya tidak ada.

"Tanggal 12 Februari dia japri, WA saya. Intinya mengatakan bahwa Covid itu tidak ada, memang kita berdebat terus sampai saya ladenin ini akun real atau tidak," ungkapnya.

Sebenarnya, kata dr Tirta, dirinya sudah melaporkan perempuan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) itu ke pihak yang berwenang atas tuduhan menyebarkan berita bohong. Namun, kala itu ia belum cukup memiliki bukti, termasuk akun sosmed Lois asli atau palsu.

"Dari Februari saya sebenarnya sudah melaporkan hal ini ke IDI, Kemenkes dan polisi. Cuma waktu itu tidak ada bukti orang ini real atau tidak, kalau fake account susah soalnya," jelas dr Tirta.

Namun, lama-kelamaan dokter kelahiran Solo itu geram lantaran Lois selalu mengeluarkan pernyataan kontroversial, bahkan menyebut vaksin adalah racun. Hingga akhirnya, pengacara kondang Hotman Paris mengundang keduanya ke sebuah talkshow yang disiarkan di televisi dan viral di media sosial.

"Berbulan-bulan mengeluarkan narasi palsu, soal vaksin tidak bermanfaat, vaksin meracuni. Intinya itu hoaks ada di dia semua. Terus akhirnya pak Hotman Paris sanggup mendatangkan dia. Pak Hotman bilang mengundang saya, tapi saya bilang 'saya kalau datang harus ada izin dari IDI', yasudah lewat telpon aja dong," tuturnya. 

Dalam acara tersebut, dr Tirta lantas mencecar Lois dengan pertanyaan dan memintanya mengklarifikasi. 

"Waktu telepon, debatnya parah. Saya minta Lois minta maaf atas statement dia ke IDI. Saya minta klarifikasi soal COVID itu nggak ada, eh dia ngeyel malah menantang dilaporkan ke polisi di live. Dan video itu menyebar (di medsos, red), lalu di manfaatkan berbagai orang, yang intinya kalau Covid itu nggak ada," kata dr Tirta.

"Akhirnya pada hari, sabtu, 10 Juli, jam 3 sore polisi menangkap dia. Terus waktu itu saya dijadikan saksi bareng temen-temen petinggi IDI, ada dr Pukovisa, dr Adit dan dr Prof Riyanto, ada dr daeng dan dr Riyadi. Saat itu saya jadi saksi. Jadi bukan saya yang laporin. Itu kan bukan laporan, itu kan wabah tipe A tanpa aduan," sambungnya.

 Selain ditangani pihak kepolisian atas kabar hoaks, dr Tirta juga menuturkan pihaknya juga membuat aduan terhadap Lois Owien atas dugaan penghinaan terhadap organisasi profesi kedokteran tersebut ke IDI. 

"Jadi triple (pengaduan, red), IDI, dan Kemenkes juga atas penghinaan, karena dia majang fotonya Kemenkes bilang hoaks. Jadi kita ini saksi, kenapa kita seperti ini, karena dia menyebarkan info yang mengganggu banget bagi penanganan wabah dan hoaks dan banyak orang percaya," jelasnya.

Jika ditanyakan alasan sering debat dengan dr Lois, dr Tirta mengatakan lantaran pernyataan Lois sering membuat gaduh. Lois, kata dia, juga selalu menolak jika diajak bertemu secara tatap muka dan selalu menghindar.

"Saya sering debat, ya sering banget bukan sama saya saja, sama temen-temen dokter dia debat. Dan kami sudah mengajak untuk dia datang ke kantor IDI, undangannya resmi ditolak dengan alasan ilmu itu mahal ya sudah biar polisi aja yang ngurus. Ini adalah bentuk perlawanan kita dokter, nakes, Kemenkominfo dan Kemenkes bersama Polri untuk memberantas hoaks," paparnya.

"Negara kita ini sudah susah jangan diperparah sama hoaks," tambah dr Tirta mengingatkan.

Dokter Tirta pun meragukan gelar dokter Lois sebab tidak mempunyai surat tanda register (STR) dari Konsol Kedokteran Indonesia (KKI). Bahkan, kata dia, tidak jelas Lois lulusan dari mana.

Dia menyebutkan, STR tahun 2017 tercantum nama Lois. Namun, tidak diketahui apakah Lois yang tertera adalah Lois Owien.

"Jadi ini bukan dokter, kita keberatan kalau dia disebut dokter. Karena orang ini nggak jelas dokter lulusan mana. Kalau mau disebut dokter dari 2017 ke 2021 dia ke mana? Prakteknya nggak ada, seminar nggak diambil, IDI nggak diperpanjang. 4 tahun hilang tiba-tiba Desember muncul," kata dr Tirta. 

"Itulah yang kita cari. Niatmu itu apa sih? Niat anda itu apa? Kok mau ngadu domba sama masyarakat. Apakah kamu disuruh seseorang untuk ini? Itu yang digali sama Polri, niatmu itu apa?," katanya heran.

Polemik Dokter Lois Owien

Ada pun sejumlah hal mengenai dokter Lois yang diungkap dr Tirta berdasarkan informasi yang diperolehnya dari PB IDI, di antaranya:

- Dokter Lois tidak terdaftar di PB IDI dan STR sebagai dokter tidak aktif sejak 2017.

- Lois tidak diketahui alamat dan lokasi persis domisilinya. dr Lois juga tidak praktik, tidak menangani pasien COVID-19, dan terlibat sebagai relawan pandemi.

- PB IDI dan Majelis Kode Etika Kedokteran (MKEK) mengundang dr Lois untuk hadir di Kantor PB IDI Pusat guna mengklarifikasi pernyataan mengenai kematian COVID akibat interaksi obat, anti masker, dan hinaan kepada beberapa dokter.