Tingkat Reservasi Hotel di Yogyakarta untuk Akhir Tahun Capai 80 Persen
Ketua DPD PHRI DIY Deddy Pranawa Eryana. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Tingkat pemesanan atau reservasi di sejumlah hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah mencapai 80 persen hingga akhir tahun mendatang.

Ketua DPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranawa Eryana mengatakan, tingkat okupansi dan reservasi hotel yang terus membaik tersebut disebabkan berbagai faktor seperti banyaknya event yang digelar di Yogyakarta sehingga mendukung tingkat kunjungan wisata dan hunian hotel termasuk restoran.

“Okupansi dan reservasi hotel menunjukkan tren yang merangkak naik, kami akan jaga dan genjot sampai akhir tahun nanti,” kata Deddy dikutip dari Antara, Jumat, 28 Oktober.

Dia mengakui, tingkat okupansi dan reservasi hotel sempat menurun pada September lalu saat pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite.

Namun, penurunan okupansi yang semula sekitar 50 persen menjadi 30 persen hanya terjadi sekitar dua pekan saja.

Tingkat okupansi hotel pada bulan ini sudah kembali membaik yaitu rata-rata sekitar 70-80 persen dan reservasi pada November sekitar 60 persen.

“Tren kenaikan hingga akhir 2022 ini cukup baik, tetapi kami juga tetap harus waspada dengan proyeksi ekonomi pada 2023 yang disebut mengalami resesi global. Kami masih wait and see,” katanya.

Pada Januari 2023, PHRI DIY juga mencatat reservasi sekitar 30-40 persen.

“Awal tahun adalah masa-masa yang rawan, terlebih daya beli masyarakat juga belum sepenuhnya pulih,” katanya.

Oleh karenanya, lanjut Deddy, PHRI DIY akan menempuh berbagai strategi seperti promosi untuk menjaga pasar.

“Potensi pasar yang cukup bisa dipertahankan adalah pemerintah termasuk kementerian, dan swasta. Meskipun pada tahun depan, pemerintah juga lebih mengencangkan ikat pinggang untuk penganggaran,” katanya.

Hingga saat ini, PHRI DIY masih menerapkan tarif sesuai publish rate yang dikeluarkan pada 2019 atau sebelum pandemi COVID-19.

PHRI DIY belum menaikkan harga karena menyesuaikan dengan daya beli masyarakat yang belum pulih.