ASDP Dinilai Perlu Tambah Dermaga di Lintasan Penyeberangan Merak-Bakauheni
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi V DPR Suryadi Jaya Purnama meminta kepada ASDP untuk menambah dermaga di lintasan penyeberangan Merak–Bakauheni, di mana saat ini terdapat tujuh dermaga yang tersedia.

“Kemacetan pada lintasan penyeberangan Merak–Bakauheni saat musim mudik 2024 kemarin akibat infrastruktur dermaga tidak memadai, sehingga olah gerak kapal feri terbatas,” ujar Suryadi di Jakarta, dikutip dari Antara, Kamis 18 April.

Lebih lanjut, Suryadi juga mengapresiasi Kementerian Perhubungan yang berencana menambah lebih dari seribu kapal untuk mengantisipasi kepadatan dermaga.

Akan tetapi, menurut dia, sebaiknya penambahan kapal tersebut juga disertai dengan perbaikan manajemen atau pengelolaannya.

Selain penambahan dermaga dan kapal, SJP, sapaan akrab Suryadi, juga mendorong perbaikan manajemen lalu lintas penyeberangan di Merak–Bakauheni.

“Dan juga pelabuhan lainnya yang dikelola ASDP seperti Ketapang dan Gilimanuk secara menyeluruh,” kata SJP.

Saat ini, pengelolaan dermaga atau operator terminal penyeberangan yang ada di Merak–Bakauheni, sekaligus juga pengelolaan kapal penyeberangan atau operator feri dilakukan oleh ASDP.

“Jika ASDP tidak dapat mengelolanya, maka dampaknya jadi sangat besar karena berada di tangan yang sama,” katanya.

Berdasarkan pantauan ANTARA di Tol Tangerang–Merak pada Minggu (7/4), terjadi antrean panjang kendaraan pemudik menuju Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten, yang sempat mencapai 19 kilometer.

Kepadatan kendaraan mulai tampak terjadi pada Sabtu (6/4) hingga Minggu (7/4) dini hari.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menerapkan sejumlah langkah mitigasi untuk mengurai antrean pemudik sepanjang belasan kilometer di Pelabuhan Merak, Banten, yang berlangsung saat puncak mudik Lebaran 2024.

Mitigasi yang dilakukan berupa penambahan kapal cepat hingga larangan bongkar muat kapal.

Menhub Budi menambahkan antrean hingga belasan kilometer di Pelabuhan Merak dipicu ketidaktertiban penumpang kapal, khususnya pemudik tidak tertib dalam pembelian tiket perjalanan.

"Kalau di kereta api kan mereka punya tiket, dia datang ke stasiun, 2 jam nunggunya. Kalau ini ada yang belum beli tiket, bahkan jalannya besok pagi, dia datang, maka terjadilah antrean sepanjang lebih dari 10 kilometer," ujarnya.