Potensi Pasar Besar, Kilang Balikpapan Bersiap Produksi Propylene
Kilang Polypropylene Plaju. (Dok. Kilang Pertamina Internasional)

Bagikan:

JAKARTA - Produk petrokimia di Indonesia masih memiliki potensi pasar cukup besar. Melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan, selain meningkatkan produksi gasoline dan gasoil series, Kilang Pertamina Internasional (KPI) melalui anak usahanya Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) juga akan menghasilkan produk petrokimia. Produksi ini sekaligus akan mengokohkan posisi KPI di bisnis petrokimia.

"Mengoperasikan unit produksi petrokimia bukan hal yang baru bagi KPI," kata Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen, Sabtu 20 April.

Sebelumnya, KPI juga telah mengoperasikan unit produksi produk petrokimia di beberapa kilang eksisting.

KPI memiliki kilang-kilang yang telah memproduksi petrokimia. Operasi Kilang Petrokimia, yang terdiri dari Kilang Polypropylene di RU Unit Plaju yang memproduksi Polytam (Polypropylene Pertamina), Kilang Paraxylene di RU Unit Cilacap yang memproduksi Paraxylene dan Benzene serta produk lainnya, dan Kilang OCU (Olefin Conversion Unit) di RU Unit Balongan yang memproduksi Propylene.

"Setelah proyek RDMP Balikpapan selesai, selain untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar nasional, kilang Balikpapan juga nantinya akan memproduksi produk petrokimia yaitu Propylene sebesar 225.000 ton per tahun. Produk ini nantinya akan menjadi feedstock bagi New Polypropylene (PP) Balongan guna substitusi produk impor. NEW PP Balongan dikelola oleh Polytama Propindo yang merupakan afiliasi Pertamina," ujar Hermansyah.

Kapasitas pengolahan Kilang Balikpapan yang selama ini 260.000 barrel akan meningkat menjadi 360.000 barrel per hari. Selain itu juga aka nada peningkatan kualitas produk BBM dari Euro II menjadi Euro V.

Dikatakan Hermansyah, pasar produk petrokimia di Indonesia memang masih memiliki potensi yang cukup besar. Data dari Reforminer Institute menunjukkan bahwa kapasitas terpasang kilang saat ini, baik yang dimiliki Pertamina maupun swasta lainnya belum mampu memenuhi kebutuhan petrokimia nasional. Sekitar 70 persen kebutuhan petrokimia untuk domestik bahkan harus dipenuhi dari impor.

Selain menaikkan kapasitas pengolahan Kilang Balikpapan, pengoperasian unit produksi petrokimia di Kilang Balikpapan akan turut mendukung pengembangan kompetensi sumber daya manusia.

"Pengoperasian unit produksi petrokimia akan menjadi hal yang baru di Kilang Balikpapan, dan ini tentunya akan menjadi sarana untuk transfer pengetahuan bagaimana mengoperasikan unit produksi petrokimia dari para pekerja unit kilang lainnya yang telah lebih dahulu memiliki unit produksi petrokimia," tutup Hermansyah.