Konglomerat Chairul Tanjung Berbagi Tips: Kalau Berbisnis tapi Kurang Modal, Jangan Segan Cari Partner Usaha
Konglomerat Chairul Tanjung. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Konglomerat Chairul Tanjung mempunyai beberapa tips mengatur pola keuangan dengan baik. Dikutip dari Instagram Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) @lps_idic, terdapat tiga tips yang disarankan bos CT Corp tersebut.

Pertama, disiplin. Dalam bukunya berjudul Chairul Tanjung Si Anak Singkong disiplin merupakan hal paling terpenting dalam memutar uang. Chairul Tanjung pun disiplin dalam mencatat semua pengeluaran dan pemasukan.

Kedua, putar modal. Agar tidak stuck, Chairul Tanjung mencoba memutar modalnya supaya terus berkembang. Bahkan dulu, Chairul Tanjung pernah membuka usaha fotokopi di bawah tangga kampusnya.

Ketiga, cari partner. Masalah utama yang paling sering terjadi kalau mau jadi pengusaha adalah kurangnya modal.

"Terkait hal ini, mencari partner adalah jalan terbaik agar usaha yang dijalankan terus berkembang. Namun demikian, dalam menggaet partner usaha juga diperlukan sistem pembagian hasil yang tepat," bunyi tips dari orang terkaya nomor 9 di Indonesia itu, dikutip VOI, Selasa 6 April.

Beberapa waktu lalu, pria yang akrab disapa CT itu menyebut tiga kiat bertahan bagi pelaku dunia usaha di era pandemi COVID-19. Menurutnya, pertama selalu menjaga optimisme, kedua mampu menangkap peluang sekecil apapun, dan ketiga ciptakan peluang.

CT mengibaratkan, kondisi saat ini seperti berjalan di lorong gelap yang masih mencari-cari titik cahaya di ujung sana karena belum ada kepastian kapan pandemi COVID-19 berakhir.

"Ada yang bilang pandemi berakhir dua tahun, empat tahun atau 10 tahun lagi, saat ini kita tidak tahu kapan berakhir," kata pria yang akrab dipanggil CT itu, dikutip dari Antara, Senin 8 Februari.

Oleh sebab itu, kata dia, kiat utama bagi pelaku usaha adalah selalu menjaga optimisme. Dengan menjaga optimisme itu, menurut dia, maka ke depannya akan mampu melihat berbagai peluang sekecil apapun.

"Sudah menjadi hukumnya bahwa setiap krisis maka peluang pasti kian mengecil. Nah ini terkait kiat kedua, sekecil apapun peluang itu harus ditangkap," papar mantan Menko Perekonomian yang menggantikan Hatta Rajasa sejak 19 Mei 2014 hingga 20 Oktober 2014.

Jika karena kondisi pandemi kian menutupi celah bisnis, termasuk di dunia media massa, maka kiat ketiga adalah ciptakan peluang usaha.

"Jika peluang tak ada, apa yang harus dilakukan? Maka ciptakan peluang usaha. Inilah prinsip jika mau jadi entrepreneur (wirausahawan)," ujar pria yang lahir di Jakarta, 16 Juni 1962.

CT mengakui bahwa memang hal itu gampang diucapkan tetapi tak mudah dikerjakan. Tetapi, dengan diawali optimisme maka ia yakin semua bisa dikerjakan.

"Dan secara teori ini tidak ada, misalnya hadapi sebuah tantangan harus langkah A atau B. Setiap tantangan pasti ada jalan keluarnya. Jadi jalan keluar sebuah tantangan harus dicari yang disesuaikan dengan karakter daerah dan media masing-masing," ujar CT.

CT mencontohkan, peluang yang terbuka saat ini adalah produk TV digital hanya bermodal beberapa kamera yang harganya sekitar Rp5 jutaan sudah bisa melakukan bisnis menjanjikan.

Padahal dulu butuh dana hingga ratusan miliar rupiah tetapi kini dengan mudah bisa memanfaatkan kanal digital semacam Youtube.

"Seperti saya sebut di awal, hidup seperti kue donat. Orang optimistis dapat rotinya, meski mungkin sedikit tetapi yang pesimistis dapat bolongnya," katanya.