Sinopsis Film Emergency Declaration, Ketegangan Tanpa Jeda di Langit Korea
Film Emergency Declaration

Bagikan:

JAKARTA - Film Emergency Declaration diputar di bioskop Indonesia. Ketegangan nyaris tiada akhir ditambah unsur melodrama mewarnai hampir 2,5 jam adegan film Negeri Ginseng "Emergency Declaration" atau “Bisang seoneon” karya sutradara Han Jae-rim yang resmi tayang di bioskop Indonesia pada 16 Agustus 2021.

Ketegangan ini salah satunya diciptakan sosok antagonis berparas polos bernama Jin-seok yang diperankan aktor Im Siwan. Ahli biokimia yang fasih berbahasa Inggris ini tampil rapi dan necis berbalut setelan jas.

Dia memiliki senyuman dan ekspresi yang dapat mengundang orang-orang berburuk sangka padanya. Sosoknya juga memiliki pembawaan yang cenderung tenang namun berlidah tajam. Adegan seperti di Bandar Udara Internasional Incheon, Korea Selatan salah satu buktinya.

Jin-seok memiliki dendam dan merencanakan penyerangan di dalam pesawat KI501 tujuan Honlulu, Hawai yang membahayakan lebih dari seratus penumpang termasuk Jae-hyeok (diperankan Lee Byung-hun).

Siwan yang tergabung sebagai anggota grup idola K-pop ZE:A itu melalui sebuah wawancara dengan media di Korea Selatan mengaku mendapatkan kebebasan berakting dan menciptakan narasinya sebagai sebagai tokoh Jin-seok. Untuk mendalami karakter, dia berusaha menemukan emosi dan alasan Jin-seok bertindak jahat.

Penyerangan solo Jin-seok melibatkan virus mematikan, persis seperti kondisi yang dihadapi penduduk dunia pada pandemi COVID-19 hampir tiga tahun terakhir. Ketegangan dalam cerita, terus terjadi bahkan setelah Jin-seok terkena masalah yang dia harapkan terjadi. Bagaimana bisa lari dari masalah ini?

"Kalian pikir aku naik pesawat ini berencana untuk hidup?" demikian penggalan ucapan dia dalam film, bermaksud mengejek para penumpang yang ketakutan dikutip dari ANTARA.

Co-pilot Hyeon-soo (diperankan Kim Nam-gil) dan awak kabin seperti Hae-jin (Kim So-jin) dan Seol In-ah harus berjuang menenangkan penumpang yang ketakutan. Di tengah upaya ini, satu per satu penumpang menunjukkan gejala sakit berupa kulit kemerahan seperti eksim dan batuk berdarah.

Kondisi pesawat, ancaman dari luar pesawat hingga detik-detik pendaratan juga menambah ketegangan selama menonton.

Di darat, In-ho (Song Kang-ho), seorang detektif polisi veteran bersama tim dan Pemerintah Korea Selatan berjuang mencegah serangan teroris. Pada akhirnya, dia menjadi sosok kunci mengatasi masalah walau harus mengorbankan dirinya.

Nyaris tak ada waktu menghirup napas lega selama menyaksikan film yang mendapatkan pemutaran khusus di Festival Film Cannes pada tahun lalu itu. Lepas satu ketegangan, ketegangan lain akan hadir.

Sutradara Han Jae-rim juga mengaduk-aduk emosi penonton antara lain saat Hyeon-soo dalam kondisi kritis dan kisah pertemannya dengan Jae-hyuk, mantan pilot yang mengalami aviaphobia, terkuak.

Pertanyaan seputar apakah pesawat dapat mendarat di tujuan dan apakah semua penumpang selamat, termasuk mereka yang terinfeksi virus akan mengemuka dan terjawab seiring waktu.

Penonton mungkin akan dibuat geram melihat respon pemerintah dan pilihan dilematis dalam menangani bencana penerbangan hanya gara-gara satu orang. Mungkin akan muncul dalam benak, apakah respons serupa dimunculkan Pemerintah Indonesia saat menghadapi situasi serupa di dunia nyata?

Secara umum, penonton tak perlu berusaha keras memahami keseluruhan cerita karena plot dibuat amat jelas sehingga cenderung dapat diprediksi. Unsur sadisme memang hadir dalam beberapa adegan, cukup membuat penonton bergidik. Apalagi adegan ini dilakukan Im Siwan yang sebelumnya berpartisipasi dalam sejumlah film dan drama televisi antara lain “The Mercilles” (2017), “Strangers From Hell” (2019) dan “Misaeng” (2013).