Startup Showroom Mobil Bekas Broom Luncurkan Kantor Cabangnya di Tiga Kota Besar Indonesia
Showroom mobil bekas Broom. (Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA - Broom, sebuah perusahaan startup pemberdaya pelaku usaha showroom mobil bekas di Indonesia, baru-baru ini meluncurkan kantor cabangnya terdiri dari kota Malang, Solo, dan Denpasar. Ini semakin menguatkan komitmen perusahaan dalam industri otomotif di Tanah Air.

Dipilihnya kota Malang, Solo, dan Denpasar bukannya tanpa alasan. Menurut perusahaan, wilayah tersebut memiliki pertumbuhan bisnis mobil bekas yang baik. Ini dibuktikan dari riset internal yang mencatat bahwa terdapat 200 showroom mobil bekas di Malang, lebih dari 300 showroom di Solo, dan 200 layanan showroom di Bali.

Dalam segi penjualan, Malang dapat mencapai hingga 1.000 unit setiap bulannya, sementara Solo dan Bali diperkirakan mampu menembus angka 1.500 unit pada periode yang sama.

“Ketiga kota tersebut diproyeksikan akan menjadi salah satu pusat perdagangan mobil bekas yang cukup signifikan di luar wilayah Jabodetabek dalam beberapa waktu ke depan, dan kami bangga Broom dapat menjadi bagian dari perjalanan para pelaku showroom di kota-kota ini,” kata Claussen Sindhuwinata, Chief Operating Officer Broom, dalam keterangan resmi yang diterima VOI, Rabu, 18 Oktober.

Hadirnya Broom di ketiga lokasi tersebut juga mendapat dukungan dari instansi setempat. Perusahaan tersebut juga berniat berkolaborasi dengan pemerintah kota maupun daerah di mana layanan tersebut beroperasi demi mendukung ekosistem bisnis lokal.

“Pembukaan kantor cabang Broom di Malang, Solo, dan Denpasar merefleksikan komitmen kuat kami untuk memampukan UMKM-UMKM daerah untuk dapat turut naik kelas,” tambah Claussen.

Selama menunjukkan eksistensinya di pasar mobil bekas, Broom berhasil berdayakan sebanyak 6.000 showroom di seluruh Indonesia untuk meraih efisiensi serta meningkatkan kinerja bisnisnya, dan  diharapkan dapat semakin mendekatkan Broom dengan para showroom di daerah serta menjangkau para pelaku usaha yang tidak mendapatkan akses teknologi maupun finansial yang memadai.