PBOC Uji Coba Mata Uang Digital di Olimpiade Musim Dingin, AS Khawatir China Kontrol Transaksi Global
China memperkenalkan yuan digital di Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. (foto: @Beijing2022)

Bagikan:

JAKARTA – Mata uang digital baru China, e-CNY, hingga kini telah digunakan untuk melakukan pembayaran sebesar 2 miliar yuan (Rp 4,2 triliun) atau lebih per hari dalam uji coba terbarunya di Olimpiade Musim Dingin Beijing tahun 2022. Pernyataan ini dikemukakan oleh seorang pejabat tinggi dari Bank Sentral China (PBOC), pada Selasa 15 Februari.

Uang digital China ini, e-CNY , mulai diperkenalkan dalam Olimpiade Musim Dingin di Beijing. Pengawasan ketat terhadap pelaksanaannya masih terus dilakukan oleh pemerintah China.

Dalam uji coba terbarunya ini atlet, pelatih, dan media dari seluruh dunia semuanya dapat menggunakannya melalui aplikasi ponsel cerdas, kartu pembayaran fisik, atau gelang.

"Saya memiliki gambaran kasar bahwa (ada) beberapa, atau beberapa juta RMB (yuan) pembayaran setiap hari, tetapi saya belum memiliki angka pastinya," kata Mu Changchun, Direktur Jenderal Institut Penelitian Mata Uang Digital PBOC, seperti dikutip oleh Reuters.

Dia juga mengatakan belum ada rincian tentang bagian transaksi yang dilakukan oleh warga negara China dan peserta internasional, meskipun beberapa tren yang jelas telah muncul.

"Sepertinya semua pengguna asing menggunakan dompet perangkat keras," kata Mu, mengacu pada kartu pembayaran e-CNY, yang terlihat seperti kartu kredit tanpa chip dan strip magnetik normal. "Dompet perangkat lunak terutama digunakan oleh pengguna domestik."

Bank komersial yang dikendalikan negara, Bank of China, juga telah menyiapkan sejumlah mesin anjungan tunai mandiri (ATM) khusus di beberapa tempat sentral di Olimpiade, di dalam "lingkaran tertutup" tim, ofisial, dan penyelenggara.

Lewat ATM itu, Uang kertas dari mata uang asing dapat dimasukkan ke dalamnya dan diubah menjadi uang kertas e-CNY atau yuan biasa. Namun, ketersediaan e-CNY di Olimpiade telah menarik beberapa kekhawatiran tentang keamanan siber dan perlindungan data.

Senator Republik AS dan Wakil Ketua Senat Select Committee on Intelligence, Marco Rubio, mengirim surat kepada pemerintahan Presiden AS, Joe Biden, bulan lalu menanyakan langkah-langkah apa yang diambil untuk memastikan atlet dilindungi dari "pengawasan dan manipulasi", yang melabeli yuan digital sebagai "luar biasa" sebagai ancaman keamanan bagi pengguna individu".

Salah satu kepala mata-mata Inggris, Jeremy Fleming, juga mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Financial Times pada bulan Desember lalu bahwa, meskipun mata uang digital menghadirkan peluang besar untuk mendemokratisasi sistem pembayaran, teknologi tersebut dapat memungkinkan Beijing untuk memantau pengguna dan melakukan kontrol atas transaksi global.

Sementara PBOC, mengatakan sangat mementingkan perlindungan informasi pribadi dalam penggunaan e-CNY. Gubernur PBOC Yi Gang mengatakan pada bulan November bahwa bank mengumpulkan informasi "minimal dan perlu" dalam aplikasi e-CNY, dan secara ketat mengontrol penyimpanan dan penggunaan informasi pribadi.