YOGYAKARTA - Mungkin tak asing dengan barang dagangan atau merchandise para idola atau bias masing-masing yang beragam mulai dari boneka karakter, piyama, kaos oblong, gantungan kunci hingga botol air minum bagi mereka para fans yang menggemari grup idola K-pop.
Perkara harga, variatif dengan rata-rata bisa di atas nilai barang serupa dari perusahaan berbeda.
Piyama katun Jin dari grup idola K-pop Bangtan Sonyeondan (BTS) belum lama ini dijual label seharga 119.000 won atau setara Rp1,4 juta per buahnya di Weverse, toko platform perdagangan yang didirikan perusahaan manajemen BTS, HYBE.
"Merchandise" Idola K-pop Terlalu Mahal
Gara-gara ini, banyak penggemar BTS atau ARMY menggunakan Twitter dan platform media sosial lainnya melampiaskan ketidakpuasan mereka atas mahalnya harga piyama.
Bahkan Jin sendiri mengaku terkejut dengan label harganya. Walau begitu, piyamanya masih terjual habis dalam beberapa menit.
"Mahal banget," kata seorang penggemar yang berbasis di Jakarta Utara, Rabu seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.
Baju tidur bukan satu-satunya merchandise K-pop yang terlihat terlalu mahal bagi sebagian penggemar. Botol air plastik dengan nama grup K-pop dan album baru dijual seharga 38.000 won atau sekitar Rp457 ribuan, sementara botol dengan label nama sederhana dihargai 26.000 won atau Rp313 ribuan.
Seorang penggemar di komunitas online mengaku membeli gantungan kunci dengan lightstick dari grup favoritnya dengan harga 35 dollar AS atau setara Rp500.844. Tak hanya dia, seorang pencinta grup band asal Korea Selatan, DAY6 yang bekerja di kawasan Jakarta Pusat mengatakan, pernah merogoh kocek sekitar Rp200.000 untuk mendapatkan Denimalz atau boneka karakter hewan DAY6.
Tak hanya untuk idola K-pop, penggemar lainnya, juga rela menyisihkan uang sekitar Rp300.000 untuk mendapatkan kaos oblong edisi khusus drama "Hospital Playlist".
Menurut kritikus musik Korea Selatan, Jung Min-jae, kekuatan merek bintang K-pop yang kuat sering kali menambah nilai produk tersebut dan menaikkan harganya.
“Bahkan jika barang K-pop terlihat tidak berbeda dari produk lain dari segi kualitas, mereka dijual dengan harga lebih tinggi karena melibatkan artis K-pop,” kata dia seperti dikutip dari The Korea Times, Rabu.
Menurut Min-jae, barang-barang ini diproduksi untuk pecinta K-pop, yang cenderung loyal dengan grup kesukaan mereka dan rela merogoh kocek dalam terlepas dari harga barang yang tinggi sebagai sarana untuk mendukung penyanyi atau idola favorit mereka.
Kebanyakan dari mereka sudah tahu jumlah yang wajar dari keuntungan yang dihasilkan dari barang akan diberikan kepada penyanyi mereka.
Harga tinggi, bagaimanapun, tidak menghalangi pertumbuhan pasar merchandise K-pop, dengan ukurannya mencapai 1 triliun won atau sekitar Rp12 miliar pada tahun 2020, menurut data yang dirilis oleh Korea Foundation for International Culture Exchange (KOFICE).
Tetapi apa alasan begitu banyak penggemar melonggarkan dompet mereka untuk barang-barang mahal? Seorang mantan penggemar BTS berusia 20-an, yang biasa membeli banyak barang terkait BTS mulai dari foto hingga light stsick mengatakan dia melakukannya karena cinta pada idolanya.
Dia memahami harga sebagian besar barang terlalu mahal untuknya. Tetapi begitu dia masuk ke dalam kelompok penggemar, muncul keinginan seperti mengisi peti harta karun dengan barang-barang itu.
"Dalam kasus teman-teman saya, beberapa dari mereka bahkan melewatkan makan dan menggunakan uang saku mereka untuk mendapatkan barang-barang itu. Mereka percaya ini cara untuk mendukung bintang mereka," tutur dia yang tak ingin disebutkan namanya itu.
Tetapi, saat kepercayaan pada penyanyi mereka hilang, semua barang akan dijual.
Seorang profesor ilmu konsumen di Universitas Inha, Lee Eun-hee mengatakan, popularitas merchandise K-pop sebagian besar berasal dari narasinya atau cerita di atas fungsi dan desain.
Menurut dia, ini membangkitkan perasaan khusus bagi para penggemar, yang menghubungkan diri mereka dengan bintang mereka dengan mengonsumsi barang-barang tersebut.
Dalam kasus piyama Jin, mereka yang mengenakan pakaian yang sebelumnya dipakai Jin untuk mempromosikan desainnya cenderung merasa lebih dekat dengan penyanyi itu. Mereka bahkan akan terus mengingat bagaimana dia terlihat ketika mengenakan pakaian tidur itu.
Eun-hee menuturkan, eksploitasi berlebihan dari cinta penggemar K-pop justru dapat memberikan pukulan terhadap citra label K-pop dan penyanyi mereka.
Oleh karena itu, jika banyak penggemar yang mempermasalahkan harga, manajemen K-pop harus mendengarkan suara mereka dan membuat beberapa penyesuaian.
Kemudian, mengingat penggemar adalah konsumen utama para idola dan perusahaan, maka pihak label harus menghindari menyakiti perasaan mereka.
Harga selangit dapat membuat banyak orang percaya perusahaan hanya didorong oleh keuntungan, dan ini bahkan dapat menodai reputasi penyanyi yang mempromosikan merchandise.
Walau begitu, masih tidak mungkin bagi pengikut K-pop untuk berpaling dari penyanyi karena barang-barang mahal.
Para penggemar ini dikatakan cenderung kehilangan kepercayaan mereka hanya karena harga merchandise, kecuali jika harganya benar-benar tidak masuk akal. Sebagian besar penggemar akan terus menyisihkan uang mereka untuk barang-barang ini.
Berbicara kecintaan pada idola, pada kenyataannya hal ini bisa diwujudkan dalam berbagai cara. Mulai dari sekedar mendengarkan lagu-lagu mereka, menonton video musik yang biasanya diunggah di laman YouTube masing-masing dengan total penayangan video kerap menjadi capaian khusus bagi mereka, menonton konser hingga membeli album.
Membeli merchandise, bagi seorang penggemar bisa dinilai wajar asalkan sesuai kemampuan finansialnya, ungkap seorang penggemar grup idola K-pop SHINee.
"Wajar-wajar saja ya. Asal emang masih masuk di kemampuan finansial masing-masing. Enggak yang maksa banget sampai ngerepotin orang tua, keluarga, temen atau orang sekitar," kata dia yang pernah mengeluarkan biaya sekitar Rp500 ribuan untuk sebuah lightstick bias itu.
Seorang penggemar grup idola SEVENTEEN mengatakan pernah menyisihkan uang sekitar Rp5.000.000 untuk 10 album "Attacca", mini album kesembilan grup demi berkesempatan mengikuti fansign. Agar bisa mendapatkan kesempatan lebih besar mengikutinya, seorang penggemar diharuskan membeli album idola tertentu sebanyak mungkin.
Pada masa pandemi COVID-19 dua tahun terakhir, acara ini sempat diadakan tanpa tatap muka langsung dan digantikan video call fansign event yang memungkinkan penggemar melakukan panggilan video selama beberapa waktu dengan idola mereka.
Usai acara fansign berakhir, album yang dibeli dia jual kembali dengan harga lebih murah dari nilai awal.
Dia mengaku pernah membeli album milik grup NCT Dream hasil pembelian untuk fansign seharga Rp100.000 atau lebih murah dari harga asli sekitar Rp300 ribuan.
Selain album, dia juga mau mengeluarkan uang untuk menonton konser idola baik online maupun offline (sebelum pandemi). Tercatat, sudah dua kali konser offline yang pernah dia hadiri, tiga kali untuk online.
"Mendukung idola selama dia di jalan yang benar. Jangan terlalu kalau misalnya Jisung bikin masalah ya memang salah, jangan tutup mata. Tidak menjelekkan idola lain. Tidak berlebihan. Membeli merchandise wajar-wajar saja, hanya kalau sampai memaksa ya enggak," demikian kata dia.