YOGYAKARTA - Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta akan menggelar delapan kompetisi sebagai upaya melestarikan dan menghidupkan bahasa dan sastra lokal, Jawa, yang bisa diikuti pelajar dan masyarakat umum.
“Kompetisi bahasa dan sastra Jawa ini sudah menjadi agenda tahunan kami. Harapan kami, bahasa dan sastra Jawa bisa tetap hidup dan dihidupi oleh penuturnya,” kata Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Ismawati Retno di Yogyakarta, Selasa.
Delapan kompetisi tersebut adalah macapat anak, maca cekak, maca geguritan, alih aksara Jawa, dan sesorah anak yang khusus dibuka untuk pelajar tingkat SD, SMP, dan SMA atau sederajat seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.
Kompetisi Melestarikan Sastra Jawa
Selain itu, juga digelar kompetisi panatacara yang bisa diikuti pelajar SMA atau sederajat dan masyarakat umum maksimal berusia 40 tahun.
“Kami juga kembali menggelar kompetisi stand uo comedy berbahasa Jawa serta mendongeng. Keduanya terbuka untuk masyarakat umum tanpa batasan usia,” katanya.
Ismawati menyebut pada tahun sebelumnya juga digelar kompetisi menulis manuskrip, tetapi tidak lagi digelar tahun ini dengan berbagai pertimbangan.
“Akan dipilih tiga peserta terbaik di tiap kompetisi untuk mewakili Yogyakarta berkompetisi di tingkat DIY, kecuali untuk mendongeng karena hanya digelar di Yogyakarta saja,” katanya.
Prestasi Kota Yogyakarta di tingkat DIY, lanjut Ismawati, cukup bagus, bahkan meraih juara umum pada tahun lalu. “Sebelum berkompetisi di tingkat DIY, kami akan memberikan pembinaan dan pelatihan terlebih dulu supaya peserta semakin siap,” katanya.
Pendaftaran untuk seluruh jenis perlombaan dimulai Senin (18/7) dan akan ditutup pada 30 Juli. Setiap peserta mendaftar secara daring dengan menyertakan video yang sesuai dengan jenis lomba. Panitia dan juri akan memilih lima terbaik di setiap kompetisi untuk dilakukan penilaian secara langsung.
Dinas Kebudayaan menargetkan total sekitar 400 peserta yang mengikuti seluruh jenis lomba. “Untuk stand up comedy berbahasa Jawa, kami berharap ada penambahan peserta tahun ini,” kata Pamong Budaya Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Dian Korprianing Nugraha.
Pada tahun lalu, kompetisi tersebut hanya diikuti kurang dari 20 peserta. “Padahal, banyak seniman yang sering tampil di pentas ketoprak dan membawakan banyak lawakan, potensi peserta sebenarnya banyak,” katanya.
BACA JUGA:
Saatnya merevolusi pemberitaan di Jogja.Voi.id!