Makam Raja Imogiri: Tempat Peristirahatan Terakhir Raja Yogyakarta
Makam Raja Imogiri(Happytour.id)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Makam Raja Imogiri atau Pasarean Imogiri merupakan suatu lokasi peristirahatan para Raja-Raja Mataram beserta kerabatnya.

Kompleks pemakaman ini terletak kurang lebih 16 km di sebelah selatan Keraton Yogyakarta, tepatnya di lokasi Desa Girirejo dan Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.  Imogiri berasal berasal dari kata hima dan giri. Hima berarti kabut dan giri berarti gunung, sehingga Imogiri mampu diartikan sebagai gunung yang diselimuti kabut.

Alasan Makam Raja Imogiri di Bukit

Pemilihan bukit sebagai wilayah makam tidak sanggup dilepas dari konsep penduduk Jawa pra Hindu yang menyaksikan bukit, atau area yang tinggi, sebagai suatu area yang sakral dan menjadi area bersemayamnya roh nenek moyang.

Selain itu, penentuan wilayah di area yang tinggi pun merupakan bentuk keyakinan penduduk Hindu yang berpikiran makin lama tinggi area pemakaman, maka makin lama tinggi pula derajat kemuliaannya.

Pasarean Imogiri dibangun terhadap th. 1632, terhadap era pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645). Pembangunan kompleks makam dipimpin oleh Kiai Tumenggung Citrokusumo, arsitekturnya merupakan perpaduan pada Hindu dan Islam. Bata merah yang mendominasi area makam bagian atas merupakan ciri utama arsitektur Islam Jawa atau arsitektur Islam Hindu terhadap abad ke-17. 

Batu bata yang menyusun bangunan Pasarean Imogiri tidak direkatkan manfaatkan spesi khusus seperti semen. Diduga batu-batu bata berikut disusun dengan metode kosod. Permukaan bata yang satu digosokkan dengan permukaan bata yang lain dengan diberi sedikit air sampai terlihat semacam cairan pekat. Cairan pekat inilah yang kemudian melekatkan satu bata dengan bata lainnya. Metode ini dimungkinkan dikarenakan adanya campuran khusus terhadap bata era itu yang tidak kembali terkandung terhadap bata era kini.

Lokasi yang berada di atas bukit sebabkan jalan menuju Pesarean Imogiri memiliki ratusan anak tangga. Anak-anak tangga ini dibikin pendek, kemungkinan untuk memudahkan para peziarah yang  mengenakan busana adat. Aturan untuk mengenakan busana rutinitas tesebut masih berlaku sampai selagi ini untuk area-area tertentu.

Garis anak tangga dan posisi antar gapura menuju pemakaman, dari bawah sampai ke atas, membentuk sebuah garis lurus. Gapura-gapura berikut jadi batas wilayah bagi area-area di dalam pemakaman.

Area yang pertama adalah area publik yang ditandai dengan ada gapura supit urang sebagai jalur masuk menuju kompleks Kasultanagungan. Area ke-2 adalah tempat semi sakral bernama Srimanganti yang ditandai dengan gapura paduraksa.

Berbeda dengan gapura supit urang, gapura paduraksa mempunyai atap. Semua gapura paduraksa terhadap Pasarean Imogiri memiliki daun pintu yang mampu diakses tutup dan ornamen sayap terhadap ke-2 sisinya. Ornamen sayap ini melambangkan sayap burung yang menjadi lambang lepasnya burung dari sangkar, sebuah filosofi jawa di dalam melihat arwah yang lepas dari badan.

Di atas tempat semi sakral berikut terkandung tempat sakral yang disebut sebagai Kedhaton. Di tempat sakral dan semi sakral inilah terkandung makam para Raja dan keluarga terdekatnya.

Raja yang pertama kali disemayamkan terhadap Pasarean Imogiri adalah Sultan Agung Hanyakrakusuma. Pemakaman ini kemudian digunakan oleh Raja-Raja penerusnya, lebih-lebih kala Kerajaan Mataram dibagi jadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Pembagian kerajaan ini kemudian turut membagi lokasi pemakaman.

Saat ini Pasarean Imogiri terdiri berasal dari sebagian kompleks utama yaitu Kasultanagungan, Pakubuwanan, Kasunanan Surakarta, dan Kasultanan Yogyakarta. Di kompleks makam Raja-raja Kasultanan Yogyakarta, terkandung tiga Astana atau Kedhaton sebagai area inti pemakaman Sultan,  yaitu:

-Kedhaton Kasuwargan, sebagai makam Sri Sultan Hamengku Buwana I dan Sri Sultan Hamengku Buwana III.

-Kedhaton Besiyaran, sebagai makam Sri Sultan Hamengku Buwana IV, Sri Sultan Hamengku Buwana V, dan Sri Sultan Hamengku Buwana VI.

-Kedhaton Saptarengga, sebagai makam Sri Sultan Hamengku Buwana VII, Sri Sultan Hamengku Buwana VIII, Sri Sultan Hamengku Buwana IX.

Sementara Sri Sultan Hamengku Buwana II yang wafat pada tahun 1828 dimakamkan di Kompleks Pemakaman Raja-raja Mataram Kotagede.

Ratusan th. berdiri di puncak bukit, Pasarean Imogiri menjadi saksi kejayaan dan gunakan surut Mataram beserta kerajaan-kerajaan penerusnya. Meski ibu kota kerajaan berubah beberapa kali dan bahkan kerajaan terbagi, tetapi Raja-Raja pada jaman selanjutnya berikut tetap berpulang pada satu daerah peristirahatan paling akhir yang sama. Kebesaran nama, warisan kearifan, dan kisah perjuangan mereka terpahat abadi di puncak Imogiri.

Selain Makam Raja Imogiri ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!