Yogyakarta Hapus Bantuan Makanan Pasien Isolasi Mandiri
Ilustrasi - Kesibukan di Dapur Umum Kota Yogyakarta untuk menyiapkan makanan bagi kebutuhan pasien COVID-19 yang tengah melakukan isolasi, 22 Januari 2021 (HO-Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta)

Bagikan:

Yogyakarta - Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta memastikan untuk menghentikan pemberian bantuan makanan bagi pasien COVID-19 yang menjalankan isolasi mandiri di rumah imbas jatah anggaran yang telah habis.

“Kami sedang mengupayakan refocusing anggaran untuk pemenuhan bantuan permakanan bagi pasien isolasi mandiri. Sesegera mungkin bisa kami penuhi kembali,” kata Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta Maryustion Tonang di Yogyakarta, Selasa.

Penghentian bantuan makanan bagi pasien isolasi mandiri tersebut dilakukan pada akhir Maret. Dana yang dialokasikan untuk memberikan bantuan makanan sebesar Rp600 juta sudah terserap 100 persen.

Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta melalukan pola pemberdayaan kelompok kuliner masyarakat yang tergabung dalam program Gandeng Gendong untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi pasien isolasi mandiri.

Jumlah Pasien Isolasi Mandiri Cukup Banyak

“Ternyata, jumlah pasien yang melakukan isolasi mandiri di rumah sesuai rekomendasi puskesmas cukup banyak sehingga anggaran yang dialokasikan tidak cukup,” katanya.

Setiap pasien yang melakukan isolasi mandiri akan mendapat bantuan makanan sebanyak tiga kali sehari.

“Biasanya, dalam satu rumah tidak hanya ada satu pasien yang isolasi mandiri, tetapi hampir semua penghuni rumah juga masuk kategori isolasi mandiri,” katanya.

Meskipun menghentikan sementara bantuan makanan untuk pasien isolasi mandiri di rumah, namun Maryustion memastikan kebutuhan makanan bagi pasien COVID-19 yang menjalani isolasi di Shelter Tegalrejo tetap terpenuhi.

Sementara itu, Ketua Pansus COVID-19 DPRD Kota Yogyakarta Antonius Fokki Ardiyanto mengusulkan agar pemberian bantuan makanan bagi pasien isolasi mandiri dialokasikan melalui pos anggaran biaya tidak terduga.

“Jika menggunakan mekanisme refocusing anggaran maka membutuhkan proses panjang. Lebih baik menggunakan biaya tidak terduga sehingga masyarakat yang menjalani isolasi mandiri pun dapat memastikan pemenuhan kebutuhan makanan,” katanya.

Aksi gotong royong di masyarakat untuk membantu warga yang menjalani isolasi mandiri, lanjut Fokki, tidak dapat dijadikan alasan bagi pemerintah daerah untuk tidak segera menyelesaikan permasalahan tersebut.

“Negara harus hadir dalam masa pandemi seperti saat ini. Jika dialokasikan melalui biaya tidak terduga, maka penanganan permakanan akan dikembalikan ke Satgas COVID-19. Harapannya, pekan depan bantuan permakanan sudah kembali mengalir,” katanya.

Berdasarkan data, hingga Senin (12/4) terdapat 325 kasus aktif COVID-19 di Kota Yogyakarta. Sebanyak 271 pasien menjalani isolasi dan 54 pasien menjalani rawat inap di rumah sakit.

Selain bantuan makanan pasien COVID-19-, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!