Berita Gunung Kidul: Daerah Tambah Dana Pengadaan Sembako Pasien Jalani Isoman
Bupati Gunung Kidul Sunaryanta meninjau Wisma Wanagama di Kecamatan Playen, fasilitas yang akan difungsikan sebagai tempat isolasi mandiri bagi pasien COVID-19

Bagikan:

YOGYAKARTA - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menambah alokasi anggaran sebesar Rp2 miliar untuk pengadaan paket sembako bagi warga yang menjalani isolasi mandiri (isoman) karena terpapar COVID-19.

"Anggaran Rp2 miliar ini berasal dari belanja tak terduga, rencananya untuk pengadaan 1.000 paket sembako bagi pasien terkonfirmasi COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri," kata Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Gunung Kidul Hadi Hendro Prayogo di Gunung Kidul, Jumat.

Tahun ini, ia menjelaskan, pada tahap pertama pemerintah kabupaten sudah menyalurkan 1.000 paket sembako bagi warga yang menjalani isoman dan pada tahap kedua pemerintah kabupaten akan menyalurkan tambahan 1.000 paket sembako, yang diadakan menggunakan dana dari alokasi anggaran belanja tak terduga.

Tambah Dana Pengadaan Sembako Pasien Jalani Isoman

Sebanyak 400 paket bantuan sembako tahap kedua sudah disalurkan.

"Saat ini, masih ada sisa sekitar 600 paket, namun masih banyak yang mengajukan dan belum disalurkan. Tapi, setiap ada permintaan kami upayakan dalam rentang waktu dua hari sudah dikirim. Kalau nanti habis, kami akan usulkan lagi,” kata Hadi yang dikutip VOI dari ANTARA.

Menurut dia, Dinas Sosial memberikan bantuan rata-rata satu paket sembako kepada setiap keluarga.

"Namun demikian, apabila jumlah keluarga lebih dari lima orang maka akan diberikan sebanyak dua paket," katanya.

Kepala Dinas Sosial Gunung Kidul Siwi Iriyanti mengatakan bahwa selain memberikan bantuan sembako, pemerintah menyiapkan selter untuk penderita COVID-19 yang butuh fasilitas karantina. Selter antara lain disiapkan di Wisma Wanagama, Desa Banaran, Kecamatan Playen. Dinas Sosial sudah membahas pemanfaatan fasilitas itu sebagai tempat karantina dengan UGM selaku pemilik fasilitas dan warga sekitar wisma.

“Tahun lalu wisma sudah pernah digunakan untuk karantina, tapi sempat ada penolakan dari warga. Kami tidak ingin hal itu terulang kembali sehingga komunikasi terus dilakukan dengan warga sekitar,” kata Siwi.