YOGYAKARTA - Apakah anak Anda sering memukul diri sendiri dan membenturkan kepalanya? Tindakan tersebut dikenal sebagai self-injurious behavior (SIB). Meskipun perilaku ini dapat membuat orang tua khawatir, ternyata biasanya perilaku sebagai fase perkembangan atau cara anak mengekspresikan emosi. Jika Anda mengamati dengan cermat, si kecil mungkin akan melukai diri sendiri ketika marah atau ingin didengar.
Studi telah menemukan bahwa 15% anak kecil menunjukkan SIB selama tahun-tahun awal perkembangannya. Jika SIB berlanjut dan menyebabkan kerusakan signifikan pada tubuh dan kesehatan anak, konsultasikan dengan dokter anak karena SIB yang persisten dan kronis dikaitkan dengan keterlambatan perkembangan pada anak-anak.
BACA JUGA:
Mengapa Anak Suka Memukul Dirinya Sendiri?
Selama masa balita, anak akan menyadari lingkungan mereka dan mulai menjelajahi dunia di sekitarnya. Mereka juga akan belajar mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhannya.
Namun, mereka mungkin tak memiliki kemampuan penuh untuk mewujudkan segalanya atau mengkomunikasikan keinginan mereka secara verbal. Keterbatasan tersebut dikombinasikan dengan tantangan dalam memahami dunia dapat menyebabkan kemarahan dan frustasi, sehingga membuat anak cenderung sering memukul diri sendiri sebagai pelampiasan.
Melansir laman Herstory, Minggu, 15 Agustus, penelitian telah menemukan bahwa anak-anak menunjukkan perilaku seperti itu ketika mereka lelah, kesepian, atau kesal. Bayi juga diketahui membenturkan kepala mereka sebelum tidur.
Terkadang, anak juga memukul diri sendiri atau membenturkan kepala karena merasa sangat gembira. Ini mungkin tampak serius, tetapi normal bagi balita untuk mengekspresikan emosi yang kuat dengan cara yang berbeda.
JAKARTA - Apakah anak Anda sering memukul diri sendiri dan membenturkan kepalanya? Tindakan tersebut dikenal sebagai self-injurious behavior (SIB). Meskipun perilaku ini dapat membuat orang tua khawatir, ternyata biasanya perilaku sebagai fase perkembangan atau cara anak mengekspresikan emosi. Jika Anda mengamati dengan cermat, si kecil mungkin akan melukai diri sendiri ketika marah atau ingin didengar.
Studi telah menemukan bahwa 15% anak kecil menunjukkan SIB selama tahun-tahun awal perkembangannya. Jika SIB berlanjut dan menyebabkan kerusakan signifikan pada tubuh dan kesehatan anak, konsultasikan dengan dokter anak karena SIB yang persisten dan kronis dikaitkan dengan keterlambatan perkembangan pada anak-anak.
Mengapa Anak Suka Memukul Dirinya Sendiri?
Selama masa balita, anak akan menyadari lingkungan mereka dan mulai menjelajahi dunia di sekitarnya. Mereka juga akan belajar mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhannya.
Namun, mereka mungkin tak memiliki kemampuan penuh untuk mewujudkan segalanya atau mengkomunikasikan keinginan mereka secara verbal. Keterbatasan tersebut dikombinasikan dengan tantangan dalam memahami dunia dapat menyebabkan kemarahan dan frustasi, sehingga membuat anak cenderung sering memukul diri sendiri sebagai pelampiasan.
Melansir laman Herstory, Minggu, 15 Agustus, penelitian telah menemukan bahwa anak-anak menunjukkan perilaku seperti itu ketika mereka lelah, kesepian, atau kesal. Bayi juga diketahui membenturkan kepala mereka sebelum tidur.
Terkadang, anak juga memukul diri sendiri atau membenturkan kepala karena merasa sangat gembira. Ini mungkin tampak serius, tetapi normal bagi balita untuk mengekspresikan emosi yang kuat dengan cara yang berbeda.
Tindakan seperti itu mirip dengan bagaimana orang dewasa bertepuk tangan atau melompat kegirangan. Orang dewasa sudah tahu bagaimana cara mengekspresikan kegembiraan, sementara bayi masih belum memahami hal itu, jadi mereka melakukan apa yang mereka suka.
Oleh sebab itu, orang tua harus bisa berkomunikasi dengan baik dengan anaknya. Jika orang tua tak tahu penyebab balita melukai diri sendiri, orang tua harus mengamati anak sambil menghiburnya dengan suara yang menenangkan dan sambil dengan penuh kasih menyentuh atau memeluk mereka.
Artikel ini telah tayang dengan judul: Penyebab Kebiasaan Anak Memukul Dirinya Sendiri,saatnya merevolusi pemberitaan!