YOGYAKARTA - Dalam waktu sepekan terakhir tercatat 46 dari 53 sampel kasus COVID-19 di Kota Yogyakarta yang diuji di laboratorium dinyatakan "probable" varian Omicron dari pengujian dengan metode S-gene Target Failure (SGTF) yang dinyatakan langsung oleh Satuan Tugas Penanganan COVID-19.
"Sampel yang dinyatakan probable tersebut kemudian dilakukan pengujian lanjutan dengan metode ‘whole genome sequencing’ (WGS) untuk penegakan diagnosa. Namun, hasilnya belum keluar," kata Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia tidak semua sampel yang dinyatakan probable Omicron tersebut adalah sampel dari pasien warga Kota Yogyakarta, tetapi ada juga warga dari luar daerah.
Sampel "Probable" Omicron Ditemukan di Yogyakarta
"Karena melakukan pemeriksaan COVID-19 di Kota Yogyakarta dan kemudian dinyatakan positif, maka kasusnya kemudian tercatat di Yogyakarta," katanya seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.
Jika dibanding pekan sebelumnya, ia menyebut temuan sampel yang dinyatakan probable Omicron mengalami peningkatan pada awal Februari.
Pada pekan terakhir Januari, hanya ditemukan empat sampel yang dinyatakan probable Omicron dari pengujian SGTF.
"Jadi memang patut dicurigai adanya peningkatan kasus terkonfirmasi positif yang disebabkan varian Omicron di Yogyakarta," katanya.
Oleh karenanya, ia mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada dengan menjalankan protokol kesehatan secara ketat meskipun sebagian besar pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 tidak menunjukkan gejala apapun.
"Sekitar 85 persen orang yang terkonfirmasi positif tidak menunjukkan gejala apapun. Tetapi, jika yang terpapar adalah penderita komorbid, maka bisa saja menunjukkan gejala yang lebih parah," katanya.
Pada Selasa (8/2), terdapat tambahan 119 kasus baru COVID-19 di Kota Yogyakarta dengan delapan pasien dinyatakan sembuh atau selesai isolasi dan satu pasien meninggal dunia. Dengan demikian, saat ini terdapat 380 kasus aktif di Kota Yogyakarta.
"Temuan kasus masih menyebar di berbagai wilayah. Tidak ditemukan dalam satu kawasan. Jika awalnya penularan banyak terjadi di pelaku perjalanan, tetapi saat ini sudah ada penularan di lingkungan keluarga dan masyarakat," demikian Heroe Poerwadi .