YOGYAKARTA - Kecelakaan di ruas tol Jomo (Jombang-Mojokerto) jadi kejadian yang begitu mengagetkan netizen karena merenggut nyawa Vanessa Angel dan suami, Febri Ardiansyah alias Bibi.
Polisi menyelidiki unsur kelalaian, termasuk kecepatan mobil yang diduga mencapai 190 km/jam. Artikel ini bukan penghakiman. Tapi ada pilihan untuk berkendara santai dalam batas kecepatan legal. Kami paparkan alasan kenapa pilihan ini jauh lebih baik.
BACA JUGA:
Kecelakaan terjadi Kamis siang, 4 November. Saat itu mobil nahas diisi lima orang, termasuk anak Vanessa yang masih balita, seorang pengasuh, dan sopir bernama Tubagus Joddy. Ketiganya selamat dengan luka dan kini masih menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya, Jawa Timur.
Berdasarkan dugaan permulaan berdasar penemuan di TKP, kendaraan beroda empat Pajero Sport bernomor B 1264 BJU itu menubruk beton pembatas dalam kecepatan tinggi. Kendaraan terpelanting dan berputar, sebelum hasilnya stop di lajur kencang.
Dikenal, ketika kejadian Bibi duduk di bangku penumpang kabin depan. Tubuhnya terjepit kerangka kendaraan beroda empat. Sementara, tubuh Vanessa yang duduk di kabin kedua, pas di belakang Bibi terpental keluar sampai empat meter dari kendaraan beroda empat.
"Jadi yang luka parah itu sebelah kiri, yang kebetulan suaminya duduk di depan Vanessa di belakangnya jadi parah," kata Direktur Lalu Lintas Polda Jawa Timur Kombes Latif Usman.
Sementara ini polisi menduga kecelakaan disebabkan sopir yang mengantuk. Hal lain yang dipaparkan polisi adalah tidak ditemukannya bekas pengereman di sekitar lokasi tabrakan. "Karena sopir mengantuk banting ke kiri menabrak pembatas tol sebelah kiri," kata Latif.
The art of calm-driving
Selain telah diatur, sejatinya selalu ada pilihan untuk berkendara santai dalam batas kecepatan yang legal. Dan pilihan itu jauh lebih baik.
Santai, oke? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), "santai" berarti "bebas dari rasa ketegangan; dalam keadaan bebas dan senggang." Jadi bukan berarti berkendara di bawah batas kecepatan juga.
Selain mengatur batas maksimum kecepatan, PP 79/2013 juga mengatur batas minimum kecepatan di jalan tol. Untuk jalan tol dalam kota, batas kecepatan minimum adalah 50 km/jam. Sementara, batas minimum kecepatan kendaraan di tol luar kota adalah 60 km/jam.
Dalam buku Drivetime (2016), profesor dari Departemen Bahasa Inggris dan Penulisan Kreatif Universitas Lancaster, Inggris, Lynne Pearce menjelaskan bagaimana menyetir dalam ketenangan dapat jadi terapi kognitif yang efektif.
Dalam buku itu Pearce menjadikan arsip-arsip dan literatur Inggris serta Amerika dari 'abad otomotif' medio 1900-2000. Dari eksplorasinya itu Pearce menemukan beberapa manfaat psikologis yang mengejutkan ketika kita berada di belakang kemudi.
"Meski mengemudi sekarang lebih sering dikaitkan dengan kemarahan di jalan --merujuk kehidupan di jalanan kota yang padat-- daripada relaksasi, sejatinya mengemudi dapat mengarahkan seseorang secara positif ke dalam pemikiran terstruktur. Menyetir dalam ketenangan juga mampu memancing kemunculan pertanyaan menarik tentang masa depan."
Pearce, lewat pengamatan cermat terhadap rujukan-rujukan sastra serta literatur klasik itu berhasil membuat berbagai jenis pemodelan 'peristiwa mengemudi'. Dari situ ia menemukan bagaimana mengemudi dapat berfungsi sebagai alternatif yang efektif untuk terapi perilaku kognitif.
Kegiatan mengemudi ini tentunya dalam konteks di luar kemacetan dan kondisi-kondisi lain yang memancing stres. Berkendara di jalur pedesaan dengan kecepatan 20 atau 30 mph atau menyetir di jalanan kota yang kosong bahkan mengemudi di jalur bebas hambatan bisa memunculkan sensasi kegembiraan dan membantu orang lari sejenak dari kepenatan.
"Mengemudi, berpikir, melamun" adalah elemen kunci dari seni berkendara santai versi Pearce, yang tak hanya memberi perasaan positif tapi juga dapat memancing pikiran kita menyusun langkah-langkah untuk memecahkan masalah. Terilhami.
Artikel ini telah tayang dengan judul: The Art of Calm-Driving: Seni Berkendara Santai, saatnya merevolusi pemberitaan!