YOGYAKARTA- Penerbit Gorga yang bertempat di Yogyakarta meluncurkan buku cerita anak terbaru berjudul "Sudrun dan Buku Terbang" pada Selasa 8 Februari 2022. Buku prosa bergenre fantasi lintas zaman ini merupakan karya dari penulis muda bernama Alfiandana Susilo Aji.
"Karya Alfian ini termasuk ke dalam dongeng karena cerita di dalamnya dibuat dengan menggabungkan fiksional dan realitas, serta ada nilai edukasinya. Yaitu edukasi sejarah. Masih jarang yang menyajikan karya seperti ini kepada anak-anak di Indonesia," tutur Nermi Silaban, pimpinan Penerbit Gorga saat diwawancarai secara langsung.
BACA JUGA:
Penerbit yang juga dikelola oleh Pegiat Literasi Anak Yona Primadesi dan Penulis Cilik Abinaya Ghina Jamela ini memang merupakan publisher yang mengambil fokus pada buku-buku Anak. Sebelum-sebelumnya sudah banyak buku terbitan Gorga yang meledak atau menarik perhatian pembaca buku, khususnya buku anak. Buku Alfian ini sudah sangat ditunggu-tunggu karena menawarkan kebaruan dalam genre prosa anak.
Gorga menerbitkan berbagai macam jenis tulisan tidak hanya sastra; novel, kumcer, atau puisi. Namun juga menghadirkan buku esai maupun ilustrasi, dengan beragam tema yang masih berkaitan dengan anak-anak, seperti Seni Rupa Anak, Gambar Anak, Penelitian Anak, dan sebagainya.
Membaca Sudrun dan Buku Terbang
Buku "Sudrun dan Buku Terbang" menyajikan kumpulan cerita yang terdiri dari empat judul. Setiap ceritanya berisi kisah petualangan seru dari tokoh utamanya yang bernama Sudrun, bersama dua orang sahabatnya, yaitu Marjak dan Ti'in.
Alfian membuka cerita dalam buku ini dengan kisah Sudrun yang dikagetkan oleh kejadian aneh buku-buku miliknya yang bisa terbang dan berbicara. Sudrun sendiri diciptakan sebagai karakter anak laki-laki yang gemar membaca dan memiliki banyak buku.
"Suatu malam, suara gaduh membangunkan Sudrun. Ia kaget mendapati rak bukunya bergoyang. Tiba-tiba buku-buku yang ada di rak beterbangan, lembar-lembar halamannya berkepak seperti sayap burung." halaman 1 buku Sudrun dan Buku Terbang.
Kisah seru berlanjut ketika Sudrun dan teman-temannya diajak oleh bukunya berpetualang melintasi empat zaman. Mereka dibawa ke zaman Perang Diponegoro, Paleolitikum di Sulawesi, masa Dinasti Han China, dan Perang Aceh.
Sudrun dibawa ke berbagai zaman tersebut bukan tanpa alasan. Mereka mendapat misi dari buku ajaib. Perjalanan pun dilalui dengan menegangkan dan seru karena harus melewati berbagai tantangan dan latar tempat yang berbeda pada masing-masing zaman.
Alasan Alfiandana Menulis Sudrun dan Buku Terbang
Alfiandana menekuni dunia tulis menulis sejak masih kuliah di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, pada program studi Sastra Indonesia. Sebelumnya, ia dikenal sebagai penulis puisi, dan kerap menjuarai sayembara menulis tingkat nasional.
Persentuhannya dengan Sastra Anak terjadi mulai dua tahun terakhir. Tepatnya semenjak ia bergiat bersama Komunitas sahabat Gorga. Komunitas tersebut berfokus pada pengembangan Literasi anak melalui bidang Sastra, Seni Rupa, dan Teater.
"Kegiatan saya bersama sahabat Gorga lah yang membuat saya menjadi cinta dengan Sastra Anak. Semenjak itu saya lebih intens belajar soal dunia Sastra Anak dari teman-teman Sahabat Gorga. Akhirnya saya memutuskan untuk mulai menulis cerita anak," tutur Alfian, yang juga berprofesi sebagai content writer ini.
Sementara itu, alasan Alfian memilih menulis cerita anak bergenre fantasi sendiri dilatari karena kerinduannya akan masa kecilnya. Ia mengaku, dulu sewaktu masih duduk di bangku SD kerap membaca komik fantasi dan menonton serial kartun yang menawarkan unsur fantasi.
"Tidak ada misi muluk-muluk dari terbitnya Sudrun dan Buku Terbang. Buku ini adalah rasa rindu saya pada masa kecil, yang suka baca komik dan nonton kartun Jepang. Unsur fantasi di dalamnya sangat keren. Saya ingin anak-anak sekarang juga bisa mendapatkannya. Orang Jepang aja bisa bikin yang seperti itu, masa kita enggak?" kata pria yang aktif di akun IG @_alfiandana ini.
Buku yang ditulis Alfian ini sendiri bukan sekadar cerita petualangan berbalut fantasi. Namun lebih dari itu, ia juga menawarkan wawasan sejarah baik lokal maupun luar negeri.
"Saya sendiri waktu kecil ketika pelajaran sejarah kerap merasa jenuh dan bosan. Begitu juga ketika saya amati anak-anak yang lain. Saya jadi membayangkan, mungkin kalau wawasan sejarah ini disampaikan dalam bentuk cerita akan jadi lebih asyik dan menarik untuk dibaca. Kurasa dengan cara ini, edukasi sejarah kepada anak-anak akan lebih berhasil," lanjutnya.
Buku setebal 114 halaman ini memang ditargetkan untuk bacaan anak-anak berusia mulai dari 7 tahun hingga 14 tahun (remaja). Bagi anda yang ingin memilikinya bisa membeli langsung ke Penerbit Gorga. Selain itu, anda juga bisa meminangnya di beberapa toko buku atau reseller mitra Penerbit Gorga.