YOGYAKARTA - Sastrawan muda asal Surabaya, Eko Darmoko yang juga aktif menulis di berbagai media nasional meluncurkan buku yang merupakan kumpulan dari cerita pendeknya (cerpen) dengan diberi judul "Revolusi Nuklir" Dalam penjelasan kepada wartawan di Surabaya, Kamis mengatakan, dalam buku itu dirinya menyajikan 22 cerpen dengan semangat petualangan tanpa batas.
"Artinya, petualangan tidak melulu menjejaki wilayah geografis, pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun, petualangan bisa membuka peluang untuk menembus waktu ke masa depan," kata Eko yang juga salah satu wartawan media nasional di Surabaya itu yang dikutip VOI dari ANTARA.
BACA JUGA:
Kumpulan Cerpen "Revolusi Nuklir"
Cerpen yang diterbitkan oleh Penerbit Basabasi itu menampilkan tulisan-tulisan yang lebih bergairah dan hidup dalam alam pikiran pembacanya, karena Eko menyajikan rajutan kalimat yang bebas.
"Benang merah dari satu cerpen ke cerpen lainnya sangat kental terasa, petualangan ilmu pengetahuan, perjalanan fisik, realisme dalam kehidupan sehari-hari, hingga kisah cinta yang janggal menjadi adonan lengkap dalam buku ini," kata wartawan senior ini.
Ia berharap terbitnya kumpulan cerpen ini bisa memicu tumbuhnya sastrawan muda yang mampu unjuk gigi di gelanggang penerbitan, dan membuat perjalanan sastra Indonesia terus menggeliat.
"Kami dari penulis atau sastrawan muda ingin melanjutkan 'jihad literasi' para pendahulu kami, serta menjaga agar kobaran api sastra Indonesia tetap menyala, dan kami berterima kasih kepada Penerbit Basabasi yang turut andil dalam menjaga tradisi penerbitan karya-karya sastra, khususnya dari kalangan sastrawan muda," katanya.
Sementara itu, buku ini merupakan karya kedua Eko Darmoko, dan sebelumnya buku pertamanya berjudul "Ladang Pembantaian" telah terbit tahun 2015 dari Penerbit Pagan Press.
"Petualangan ‘kan kodrat setiap manusia. Ia lahir, tumbuh, berkembang di masyarakat, lalu meninggal dunia, itu ‘kan sebuah petualangan,” kata Eko, saat ditanya tentang ketertarikan terhadap tema petualangan dalam berkarya. Saat disinggung mengapa dari 22 cerpen tersebut dipilih judul "Revolusi Nuklir", ia menjawab diplomatis, yakni dianggap mewakili semangat keseluruhan cerpen.
"Revolusi Nuklir adalah ujung pengembaraan manusia sebagai upaya melawan kodrat. Selain itu, saya menginginkan judul yang terdengar aneh dan menimbulkan tanda tanya di kepala pembaca, tapi mudah diingat. Itulah alasan saya menjadikan Revolusi Nuklir sebagai judul buku ini," demikian Eko Darmoko.