Kominfo Menekankan Pentingnya Tingkatkan Kecakapan Digital
Juru Bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi. ANTARA

Bagikan:

YOGYAKARTA - Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika Dedy Permadi menekankan pentingnya untuk meningkatkan kecakapan digital yang terdiri dari hard skill dan soft skill di era digitalisasi.

Menurutnya, hard skill yang dibutuhkan di era digital antara lain artificial intelligence (AI), big data analiticsmachine learning, dan Internet of Things.

Sementara soft skill mencakup complex problem solvingcritical thinkingcreativity, dan communication yang bisa dirangkum menggunakan istilah 4C.

"Jadi 4C ini yang dikawinkan dengan hard skill yang akan menjadi kecakapan yang paling dibutuhkan dunia di masa yang akan datang. Kalau World Economic Forum (WEF) itu menggambarkan sebagai terminologinya the most demanded skill in the future, itu adalah perkawinan antara soft skill dan hard skill," kata Dedy dalam "DEWG Sofa Talk III: Mengulik Isu Kecakapan dan Literasi Digital di Forum G20" yang diadakan secara virtual dari Jakarta, Jumat (18/2), dikutip dari siaran pers seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.

Mengutip laporan WEF, Dedy menyebutkan prediksi pekerjaan yang hilang dan muncul akibat digitalisasi. Berdasarkan laporan lembaga tersebut, diperkirakan akan ada 85 juta pekerjaan yang akan hilang. Namun di saat yang bersamaan, akan ada 97 juta pekerjaan yang akan datang.

Oleh sebab itu, Dedy mengatakan generasi muda saat ini perlu mengembangkan kecakapan digital yang baru.

"Ini penting sekali untuk generasi muda kita karena mungkin saja jurusan di SMA maupun di perguruan tinggi kita itu akan berkembang dengan cepat untuk menyongsong kecakapan-kecakapan digital yang baru," ujarnya.

Pentingnya Tingkatkan Kecakapan Digital

Dedy mengatakan saat ini tidak perlu dengan khawatir dengan bertambah banyaknya peran mesin dan peran teknologi digital di dunia kerja.

Ia menambahkan bahwa setiap orang memiliki peluang ketika meningkatkan kecakapan agar tidak melakukan pekerjaan yang digantikan mesin, mengutip apa yang dikatakan Malcolm Fank, Paul Roehrig dan Ben Pring dalam buku “What To Do When Machines Do Everything”.

“Asalkan kita sebagai individu, mau meningkatkan kemampuan kita. Kita mulai belajar," tuturnya.

Menurut Dedy, saat ini sudah banyak media gratis yang menyediakan pembelajaran untuk pengembangan bakat diri dan pembelajaran otodidak untuk big data analitics, machine learning, AI, serta metaverse.

"Ini adalah era baru yang kita tidak perlu khawatir mesin akan menggantikan peran kita di dalam pekerjaan, tetapi kita justru menyongsong itu dengan meningkatkan kecakapan digital kita,” ujarnya.

Sementara itu, Dedy juga mengatakan saat ini menjadi waktunya bagi Indonesia untuk memimpin G20 dalam mencari solusi yang tepat dalam mencari formulasi yang tepat mendorong sumber daya manusia (SDM) di bidang digital.

Untuk menyiapkan SDM tersebut, kata Dedy, diperlukan kerja sama seluruh pihak, baik tingkat nasional maupun global dengan negara-negara G20.

"Kita akan berjuang bersama-sama negara G20. Indonesia saatnya untuk memimpin,” kata Dedy yang juga menjadi Co-Chair DEWG G20 2022.