YOGYAKARTA - Pangkalan elpiji subsidi tiga kilogram di Kota Yogyakarta memastikan hanya menjual elpiji kepada konsumen yang sudah masuk dalam daftar atau pelanggan rutin yang berasal dari rumah tangga, UKM, dan pengecer yang berada di sekitar pangkalan.
“Di pangkalan pasti sudah ada daftar konsumen rutin. Nama dan alamat mereka semua terdata. Jadi, kami hanya melayani pelanggan rutin. Di luar daftar tidak bisa dilayani,” kata Wiratmadi Dirgantoro, pemilik pangkalan elpiji subsidi Geneng Kecamatan Gondokusuman di Yogyakarta, Jumat.
Pangkalan Elpiji Subsidi Yogyakarta
Karena aturan tersebut, lanjut dia, maka hingga saat ini tidak ada peningkatan permintaan dari masyarakat untuk membeli elpiji bersubsidi sebagai dampak meningkatnya harga elpiji non subsidi.
Menurut dia, Pertamina sudah menetapkan aturan yang wajib dipenuhi pangkalan. Setiap pangkalan memiliki tugas untuk memenuhi kebutuhan elpiji bersubsidi di wilayah atau area yang sudah ditetapkan.
Di pangkalan yang dikelolanya, Wiratmadi menjual sekitar 800 tabung elpiji tiga kilogram setiap bulan, yang terdiri dari 50 persen untuk kebutuhan rumah tangga dan sisanya untuk memenuhi permintaan UKM serta pengecer. Harga satu tabung Rp15.500 sesuai harga eceran tertinggi.
“Terkadang ada pedagang dari luar area yang ingin membeli gas. Jelas tidak bisa kami layani karena akan mengganggu pemenuhan kebutuhan pelanggan dan mereka tidak masuk daftar. Nanti saya yang justru dimarahi tetangga karena tidak mendapat gas,” katanya seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta Yunianto Dwi Sutono berharap tidak ada pergeseran pembelian ke elpiji tiga kilogram menyusul meningkatnya harga elpiji non subsidi.
“Peruntukan elpiji subsidi sudah jelas untuk masyarakat miskin. Sudah ada segmennya masing-masing,” katanya.
Dinas Perdagangan dan Satpol PP Kota Yogyakarta berencana melakukan pengawasan penjualan elpiji subsidi untuk memastikan tidak ada pergeseran penjualan dan elpiji tiga kilogram tetap dapat dinikmati oleh masyarakat miskin.
“Jangan sampai digunakan oleh warga yang tidak berhak. Memang potensi pergeseran konsumsi ini menjadi kekhawatiran kami, makanya perlu dilakukan pengawasan,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, dimungkinkan untuk mengajukan usulan penyesuaian harga eceran tertinggi (HET) untuk elpiji tiga kilogram karena selisih yang terlampau jauh dengan elpiji non subsidi.
“Jika melihat kondisi di lapangan, maka dimungkinkan bisa diusulkan pada harga Rp18.000 per tabung sesuai harga di tingkat masyarakat saat ini. Tetapi, penentuan HET ini tentu perlu dibahas bersama dengan DIY. Dan jangan sampai memberatkan masyarakat,” katanya.
Ia pun memastikan persediaan elpiji di Kota Yogyakarta mencukupi hingga Lebaran.
BACA JUGA:
Saatnya merevolusi pemberitaan di Jogja.Voi.id!