Berita Yogyakarta: Minyak Goreng di Ritel Kota Yogyakarta Tersedia Pada Jam Tertentu
Perindag Kabupaten Sangihe segera evaluasi harga penjualan minyak goreng. (ANTARA)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Stok minyak goreng di Kota Yogyakarta yang jumlahnya terbatas membuat komoditas tersebut seakan menjadi langka karena hanya tersedia pada jam-jam tertentu, baik di ritel nasional maupun pedagang kelontong di pasar tradisional.

“Saat komoditas tersebut di-display, dalam satu jam langsung habis meskipun sudah ada pembatasan pembelian. Display dari toko biasanya pagi dan sore hari,” kata Kepala Bidang Ketersediaan Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta Riswanti di Yogyakarta, Kamis.

Akibat tidak adanya komoditas selama rentang waktu tertentu, lanjut Riswanti, menjadikan konsumen menilai minyak goreng sulit didapat atau langka di pasaran.

Tersedia Pada Jam Tertentu

Menurut dia, toko atau ritel melakukan pengaturan display karena stok yang dimiliki terbatas sehingga untuk menjaga performa toko dalam melayani pelanggan perlu dilakukan pengaturan meskipun margin keuntungan yang diperoleh dari menjual minyak goreng tidak terlalu besar.

Untuk ritel dengan jaringan lokal, Riswanti mengatakan, ketersediaan minyak goreng lebih terjaga dibanding dengan ritel yang memiliki jaringan nasional.

“Ketersediaan barang lebih baik karena ritel lokal ini langsung berhubungan dengan distributor dan distributor menaruh kepercayaan kepada mereka sehingga stok lebih terjaga,” katanya seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.

Sementara itu, untuk pedagang di pasar tradisional juga sudah mulai memperoleh distribusi stok minyak goreng mulai awal pekan ini meskipun jumlahnya masih terbatas.

“Seluruh pedagang kelontong mendapat jumlah distribusi yang sama. Tetapi tidak sampai 10 menit langsung habis,” katanya.

Namun demikian, ia menyebut  konsumsi masyarakat di Kota Yogyakarta untuk minyak goreng tidak mengalami kenaikan sehingga kelangkaan komoditas tersebut juga dipengaruhi faktor psikologis konsumen dengan membeli dalam jumlah lebih banyak.

“Selain stok yang terbatas, konsumen juga berpikir untuk selalu memiliki stok minyak goreng di rumah karena merasa sulit memperolehnya. Jadi ketika berbelanja selalu disempatkan membeli minyak goreng meskipun stok di rumah masih ada,” katanya.

Ia menambahkan, penurunan stok minyak goreng juga dipengaruhi berkurangnya produksi oleh produsen karena produsen juga harus berhitung dengan subsidi yang akan diberikan pemerintah agar bisa memproduksi minyak yang kemudian dijual dengan harga sama Rp14.000 per liter untuk kemasan premium.

Harapannya, lanjut dia, produsen dapat memenuhi permintaan pemerintah untuk memproduksi minyak dalam jumlah cukup termasuk memproduksi kemasan sederhana sebagai upaya untuk memastikan komoditas tersebut bisa lebih mudah diperoleh oleh masyarakat.