YOGYAKARTA - Perdagangan elektronik (e-commerce) lintas perbatasan China telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, dengan impor dan ekspor platform ini melonjak 18,6 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 1,92 triliun yuan (1 yuan = Rp2.171) tahun lalu.
Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan pada perilaku konsumen, meningkatkan permintaan untuk belanja daring, dan menyuntikkan momentum kuat pada e-commerce lintas perbatasan, kata Wakil Menteri Perdagangan China Sheng Qiuping dalam konferensi pers seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.
Menunjukkan Momentum Kuat
Sejak 2015, Dewan Negara, atau kabinet China, telah menyetujui pembentukan 132 zona percontohan e-commerce lintas perbatasan di 30 daerah tingkat provinsi. Impor dan ekspor e-commerce lintas perbatasan negara itu naik hampir sepuluh kali lipat dalam lima tahun terakhir, papar Sheng.
Mengandalkan keunggulan manufaktur dan pasar, sejumlah platform e-commerce lintas perbatasan terkemuka dunia telah muncul di China, tambahnya.
Guna memenuhi meningkatnya permintaan masyarakat China terhadap produk-produk yang bervariasi dan berkualitas tinggi, platform e-commerce lintas perbatasan membeli berbagai komoditas dari hampir setiap penjuru dunia.
Melalui platform ini, produk-produk asing seperti garam bubuk Pakistan dan air mawar Bulgaria semakin populer di kalangan konsumen China.
"Dengan bantuan e-commerce, banyak merek berkualitas tinggi telah mengakar kuat di China dan menghadirkan peluang pengembangan baru," tutur Sheng.
Ia menyerukan adanya upaya yang lebih besar untuk meningkatkan lingkungan bisnis dan memberikan layanan dan panduan yang lebih baik bagi perusahaan-perusahaan e-commerce lintas perbatasan.
BACA JUGA:
Saatnya merevolusi pemberitaan di Jogja.Voi.id!