YOGYAKARTA - Praktisi perhotelan Dicky Sumarsono menyebut penginapan berkonsep nature, eco, wellness, adventure (NEWA) menjadi primadona baru seiring dengan besarnya permintaan pasar sektor tersebut.
"Orang sudah bosan terkekang di dalam rumah, maka mereka menjadi user baru, yang tadinya mereka nonuser. Biasanya mereka memilih wisata alam yang lebih
mengedepankan wellness tourism," katanya pada peluncuran buku keempatnya di Kota Solo, Kamis.
Menurut dia, potensi besar penginapan dengan konsep tersebut menjadi peluang bagi perhotelan seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.
Konsep NEWA Jadi Primadona Baru
"Belum lagi pasar MICE, wedding, muslim, dan milenial. Itu termasuk demand market yang besar di Indonesia. Ditambah sifat konsumtif mayoritas masyarakat Indonesia bisa jadi sasaran," katanya.
Secara umum, dikatakannya, bisnis di sektor perhotelan usai pandemi COVID-19 mulai memperlihatkan geliat positif. Meski demikian, untuk bisa bertahan di bisnis tersebut perlu adanya inovasi.
"Pengelola hotel yang saat pandemi hanya melakukan mode surviving, maka hasilnya pun hanya sekadar bertahan. Sebaliknya, bagi mereka yang berani memasang mode surviving dan innovating maka hasilnya adalah pertumbuhan bisnis," katanya.
Sementara itu, pendiri Azana Hotel dan Resort tersebut menuangkan potensi bisnis perhotelan usai pandemi COVID-19 pada buku terbarunya berjudul Adaptive or Die. Buku yang dibuat hanya dalam waktu sekitar enam bulan ini memuat cara-cara bagaimana para pelaku perhotelan bisa bertahan di masa pandemi.
"Buku ini menjadi panduan para pelaku bisnis perhotelan untuk tetap bertahan dan bahkan bisa berkembang di era pandemi," katanya pada peluncuran buku Adaptive or Die di House of Danar Hadi Solo.
Pada buku tersebut, ia juga memberikan tips agar pelaku bisnis perhotelan tidak takut dengan perubahan.
"Satu-satunya cara agar tidak tertindas perubahan, hotel harus beradaptasi. Pilihannya hanya ada dua, hotel harus beradaptasi dengan keadaan atau tumbang di tengah jalan. Apalagi saat menghadapi pandemi dua tahun lalu," katanya.
BACA JUGA:
Saatnya merevolusi pemberitaan di Jogja.Voi.id!