YOGYAKARTA - Inovasi Bantul Seroja (Bantul Sehat Ekonomi Karo Jamu) yang dikembangkan Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ditetapkan sebagai Top Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2022 oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB).
"Berdasarkan Surat Keputusan Menpan RB Nomor 289 Tahun 2022, Inovasi Bantul Seroja masuk Top Inovasi Pelayanan Publik kategori Ketahanan Institusi Publik di Masa Pandemi dan Antisipasi di Masa Pasca Pandemi COVID-19," kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih di Bantul, Sabtu.
Dalam lampiran Surat Keputusan Menpan RB tersebut, Bantul Seroja ada di urutan 17 dari 45 Top Inovasi Pelayanan Publik, dalam rangka Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) di lingkungan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, BUMD dan BUMN Tahun 2022 seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.
Menjadi Top Inovasi Pelayanan Publik Kemenpan RB
Bupati mengatakan, Bantul Seroja hadir di masa pandemi COVID-19 tidak hanya untuk sektor kesehatan, tetapi juga ekonomi di mana ramuan jamu yang diproduksi dari kelompok wanita tani tingkat pedukuhan menjadi minuman kesehatan meningkatkan pendapatan sebesar 108,8 persen pada 2021.
"Jumlah pengusaha jamu di Bantul juga mengalami peningkatan, yang mana pada 2020 sejumlah 244 orang meningkat menjadi 444 orang di tahun 2022 atau meningkat 81,9 persen," katanya.
Selain masalah pandemi, stunting yang merupakan masalah prioritas nasional juga menjadi fokus utama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) untuk menurunkan angka kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya itu.
"Bantul seroja menjadi salah satu upaya penanganan stunting di Bantul. Melalui pelayanan kesehatan tradisional pijat tumbuh kembang bayi dan balita ditambah dengan pemberian ramuan jamu untuk balita menjadi layanan yang dikembangkan di puskesmas," katanya.
Lebih lanjut, Bupati mengatakan, konsep kebaruan inovasi Bantul Seroja yaitu pertama integrasi pelayanan kesehatan tradisional dengan pelayanan kesehatan konvensional di puskesmas.
Kedua, pengembangan pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan meningkatkan diversifikasi produk jamu, baik dari sisi bentuk produk jamu yang terus berkembang variasinya, maupun dari sisi manfaat atau khasiat produk jamu yang terus ditingkatkan.
Pengembangan dimulai dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional integrasi di lima puskesmas dan pengembangan pelayanan kesehatan tradisional empiris melalui pemberdayaan masyarakat dengan pembentukan dusun asuhan mandiri kesehatan tradisional.
"Pembinaan dan pelatihan terintegrasi antar organisasi perangkat daerah (OPD) lain yang ada di Kabupaten Bantul. Secara bertahap inovasi ini terus dikembangkan ke seluruh 17 kecamatan di wilayah Bantul," katanya.