Teresa Azarel Gayatri Lamiang baru saja meraih prestasi membanggakan dalam lomba peneliti belia tingkat internasional yang digelar di Serbia pada 7-15 April 2023. Remaja berusia 13 tahun ini berhasil mendapatkan medali perak dalam lomba International Conference of Young Scientist (ICYS) ke-29.
ICYS merupakan ajang penelitian tingkat internasional yang diselenggarakan untuk menjaring pelajar-pelajar muda berprestasi dalam bidang fisik, ekologi, komputer dan matematika. ICYS merupakan ajang bergengsi yang dicontohkan oleh para peneliti-peneliti belia dari berbagai negara.
BACA JUGA:
Teresa Azarel terbang ke Eropa membawakan penelitiannya di bidang ekologi yang bertajuk “ Styrofoam Biodegradation by Superworm ”. Tim Indonesia mengirimkan enam pelajar untuk maju dalam lomba ICYS. Enam kemenangan sukses diborong oleh Tim Indonesia, dan Azarel mencetak kemenangan dalam kategori Ilmu Lingkungan .
Pencapaian gemilang Azarel patut diapresiasi tinggi dan sosoknya perlu dikenal oleh masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak dan remaja seusianya. Tak hanya menggeluti bidang penelitian, Azarel juga dikenal sebagai remaja berbakat dan multitalenta yang telah mengumpulkan banyak prestasi di berbagai bidang. Lantas seperti apa profil Teresa Azarel?
Profil Teresa Azarel
Teresa Azarel Gayatri Lamiang lahir di Yogyakarta dan saat ini berusia 13 tahun. Remaja putri yang akrab disapa Azarel ini merupakan anak pertama dari pasangan JD Heru Utama dan Imelda Lucky. Saat ini Azarel menempuh pendidikan di SMP Montessori Yogyakarta.
Azarel tumbuh dari kecil hingga remaja di kota kelahirannya, yang dikenal sebagai kota pelajar. Di awal menempuh pendidikan, Azarel sempat berpindah-pindah sekolah hingga akhirnya memilih sekolah jenjang TK di Fastrack Funschool yang berlokasi di Sleman.
Pada jenjang kelas 1 Sekolah Dasar, Azarel masuk ke SD Tarakanita Bumijo. Namun ia kemudian pindah sekolah ke Yogyakarta Montessori School sampai kelas enam. Azarel kemudian menempuh jenjang SMP di sekolah yang sama dengan Yogyakarta Montessori School.
Melihat Azarel pernah pindah-pindah sekolah, menarik untuk dicari tahu alasannya. Bu Imelda, mama Azarel, mengungkapkan mengapa Azarel berganti sekolah yakni karena ingin mencari sistem pendidikan dan kultur sekolah yang cocok bagi anaknya. Bu Imelda mengatakan bahwa Fastrack Funschool, sekolah yang didirikan oleh Alissa Wahid (putri sulung Gus Dur), memiliki sistem pendidikan dan kultur yang baik bagi akademik dan perkembangan karakter anak.
Mama dan papa Azarel memang termasuk orang tua yang sangat memperhatikan pemilihan sekolah untuk anak-anaknya. Mereka mempertimbangkan itu demi masa depan anaknya. Apalagi Bu Imelda pernah menjadi guru dan mengenyam pendidikan tinggi hingga jenjang magister, serta pernah belajar psikologi perkembangan. Ia paham betul faktor-faktor apa saja yang berperan penting dalam tumbuh kembang anak.
Berbakat dan Berprestasi Sejak Kecil
Bagi yang sudah mengenal Teresa Azarel, tentu tidak terlalu kaget mengetahui keikutsertaannya dalam lomba ICYS di Serbia. Azarel memang sudah berbakat dan mendulang banyak prestasi sejak usia anak-anak. Azareal kecil memang dikenal aktif mengikuti banyak kegiatan dan memiliki semangat tinggi pada berbagai bidang.
Azarel bisa dibilang sebagai bocah yang padat kegiatan. Bukan aktivitas bermain seperti anak pada umumnya, namun Azarel aktif mengikuti berbagai kursus dan pelatihan. Dari umur 3 tahun, ia sudah ikut kelas musik Wonderland yang dibuka oleh Yamaha Musik. Lalu pada umur 4 tahun, dia ikut les nari balet. Saat duduk di bangku TK B, ia juga mengikuti beladiri Aikido.
“Jadi pas umur 4 tahun aku memang pingin ikut balet. Karena dulu papa suka nyetel opera-opera balet dan dulu aku suka banget sama barbie,” kata Azarel mengenang masa kanak-kanaknya.
Lalu ketika berumur 7 tahun, kelas 1 SD, Azarel mengikuti kursus dansa Ballroom Latin. Di usia 8 tahun, ia mengikuti kursus dan Ballroom Standart. Di bidang musik, ia masih aktif menjalani kelas electron sampai umur 8 sampai 9 tahun. Pada umur 9 tahun ia memilih ganti ke kelas piano dan masih aktif sampai sekarang.
“Setiap hari Azarel ada kegiatan. Latihan dansa dari Senin sampai Sabtu waktu awal-awal jadi atlet. Seminggu bisa 6 kali latihan karena hold balet, hold ballroom latin, dan hold ballroom standart. Latihannya bisa sampai jam 9 malam,” kata Bu Imelda.
Banyaknya kursus yang diikuti oleh Azarel memang berangkat dari minat atau kemauannya sendiri. Orang tua Azarel tidak serta merta membebaskan Azarel mengikuti banyak kursus karena juga tidak ingin tenaga anaknya terforsir. Orang tuanya juga tak ingin anaknya terlalu mementingkan kegiatan di luar sekolah hingga membuatnya ketinggalan dalam pelajaran di sekolah.
“Waktu Azarel kelas dua, dia minta ballroom latin. Saya bilang, kalau Kakak di sekolah yang baru bisa nggak ketinggalan, mama kasih. Ternyata Azarel nggak ketinggalan, terus saya bilang ke papanya, bolehkan aja,” ungkap Bu Imelda.
Azarel menjalani semua kursus yang diikutinya dengan semangat tinggi dan gigih. Berkat perkembangannya yang cepat, dari kelas 3 SD Azarel sudah mewakili lomba untuk Ballroom Latin dan Ballroom Standar. Ia ikut lomba tingkat Porkab, Porda, hingga kejuaraan internasional. Pencapaiannya di bidang musik pun tak ketinggalan, yakni Azarel pernah diikutkan lomba electon dan meraih juara.
Saat ini Azarel lebih suka mengikuti kursus Ballroom Standar. Seiring berjalannya waktu dan adanya beberapa hal yang harus diprioritaskan, ia harus melepaskan beberapa kursus yang pernah diikuti. Saat ditanya mengenai bagaimana cara membagi waktunya dengan banyaknya kegiatan yang dijalani, Azarel mengaku dituntut harus bisa disiplin.
“Kalau bagi waktunya sih harus ada kayak tenggat waktunya sendiri. Kayak misalnya ada, kalau dulu sampai kelas 7 aku masih ngerjain semuanya di sekolah. Jarang ngerjain di rumah. Jadi semuanya harus selesai di sekolah,” tutur Azarel.
Prestasi Akademik Selalu Bagus
Menyeimbangkan antara prestasi akademik dengan kegiatan aktif di luar sekolah tentunya bukan hal yang mudah. Namun Azarel terbukti mampu melakukan keduanya dengan baik. Awalnya orang tua Azarel juga cukup kaget mengetahui kalau Azarel termasuk anak yang multitalenta.
Orang tua Azarel mengakui pentingnya bakat minat dan psikotes bagi anak. Dari tes tersebut, mereka jadi punya pandangan mengenai pola asuh atau pendampingan seperti apa yang tepat untuk anaknya. Bu Imelda mengaku kaget saat seorang psikolog dari Jakarta mengatakan bahwa Azarel ini anak yang multitalenta.
“Dari segi bahasa cepet, matematikanya bagus, sainsnya juga bagus, ilmu sosial pun bagus, musik juga bagus. Opa Dono (psikolog dari Jakarta) bilang kalau untuk kinestetiknya azarel excellent di kinestetik art atau apa gitu. Opa Dono bilang, jadi kalau Azarel ini nari balet atau nari tradisional, wushu dia cepat sekali,” kata Bu Imelda.
Penelitian Adalah Hobinya
Azarel mengatakan kalau penelitian adalah hobinya saat sedang gabut. Azarel sudah mulai melakukan riset sejak kelas 5 ke kelas 6 waktu liburan. Minat Azarel pada kegiatan riset terbangun dari dia mengikuti Krya.id (pusat pengembangan kreativitas dan inovasi anak muda melalui kegiatan kolaborasi yang menginspirasi dan mendedikasikan karya untuk masyarakat).
“Sebenernya riset itu salah satu hobiku sih. Karena saya suka. Karena saya gabut, karena ada waktu luang saat liburan dan pandemi juga,” kata Azarel.
Saat masih di tahap SD, Azarel memulai risetnya dengan mempelajari soal solusi dari plastik limbah. Azarel tergerak melakukan penelitian ini karena melihat banyaknya sampah plastik yang membawa dampak buruk bagi lingkungan. Waktu itu Azarel meneliti bakteri dari lettuce busuk untuk mendegradasi plastik. Penelitian yang dilakukan Azarel ini berhasil lolos dalam kompetisi internasional dan karyanya dipajang di museum di China.
“Jadi waktu kelas 5 ke kelas 6 waktu liburan, saya sempat ngelakuin riset tentang plastik. Sekarang sudah banyak yang menemukan hal-hal baru dari bahan organik untuk menggantikan plastik. Habis itu misalnya kalau kayak gitu, oke plastik bisa diganti. Tapi plastik yang udah ada itu mau diapain. Akhirnya saya riset terkait hal itu,” ungkap Azarel.
Saat duduk di bangku kelas 8 SMP, Azarel masih bersemangat melanjutkan penelitiannya karena merasa penelitiannya masih belum selesai. Azarel mengatakan dirinya kemudian berdiskusi dengan mentornya dari Krya.id Bu Wahyu Wida Sari. Ia kemudian melakukan penelitian mengenai kemampuan superworm dalam mendegradasi styrofoam.
Keinginan Azael untuk melakukan penelitian juga didukung penuh oleh guru sainsnya dari SMP Montessori Yogyakarta Bu Clara Dhisa. Melihat usaha Azarel dalam risetnya, Bu Clara kemudian mendampingi dan menjadi mentor penelitian Azarel untuk Lomba Peneliti Belia sampai ICYS.
Dengan risetnya mengenai kemampuan superworm dalam mendegradasi styrofoam , Azarel berhasil lolos dan menang dalam kompetisi Lomba Peneliti Belia (LPB) 2022 tingkat nasional. Azarel masuk dalam Tim Indonesia yang dikirim untuk mengikuti lomba ICYS di Serbia.
Riset yang Azarel lakukan selama kurang lebih 8 bulan harus dipresentasikan di hadapan para juri, yang merupakan pakar di bidangnya. Kabar baik pun datang di hari pengumuman hasil lomba. Azarel berhasil meraih medali perak dalam kategori Environmental Science atas penelitiannya yang berjudul “ Styrofoam Biodegradation By Superworm ”.
Prestasi mengagumkan yang Azarel torehkan pun membuat orang tuanya menitikan air mata haru penuh kebanggan. Pencapain Azarel juga ikut membanggakan sekolahnya dan mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Azarel berharap kedepannya ia akan terus melanjutkan penelitiannya soal masalah lingkungan dan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Orang tua Azarel ingin apa yang dilakukan Azarel dapat menginspirasi atau memotivasi teman-temannya.