Teresa Azarel Pelajar asal Yogyakarta Raih Penghargaan dalam Ajang Peneliti Muda Internasional di Serbia
Teresa Azarel meraih silver medal dalam ajang ICYS 2023 di Serbia (Instagram/@teresaazarel)

Bagikan:

Teresa Azarel Gayatri Lamiang, pelajar dari SMP Montessori Yogyakarta, berhasil meraih penghargaan dalam lomba International Conference of Young Scientist (ICYS) ke-29 yang berlangsung di Beograd, Serbia, pada 7-15 April 2023. Membawa penelitian dengan judul “Styrofoam Biodegradation By Superworm ” , Azarel terpilih sebagai pemenang untuk kategori Enviromental Science

Azarel berhasil membawa pulang medali perak dan mempertahankan nama Indonesia di kancah internasional. Azarel merupakan salah satu dari 6 pelajar yang mewakili Indonesia dalam ajang ICYS tahun 2023. Rombongan siswa-siswi berprestasi ini terbang ke Eropa didampingi oleh Bapak Antonius Malem Barus dari CYS. 

ICYS merupakan ajang penelitian tingkat internasional yang diadakan untuk mencari pelajar-pelajar muda berprestasi di bidang fisik, matematika, komputer, dan ekologi. Tujuan diselenggarakannya program peneliti belia ini adalah untuk memperkenalkan metode penelitian ilmiah kepada siswa sekolah menengah, mulai dari topik yang menentukan hingga pemaparan hasil penelitian di forum internasional.  

Perjalanan Teresa Azarel Menuju ICYS 2023

Teresa Azarel saat melaksanakan lomba peneliti belia di Serbia (Instagram/@teresaazarel)

Teresa Azarel tak menyangka dirinya bakal keluar sebagai pemenang dan unggul dari peserta lainnya. ICYS sendiri merupakan ajang bergengsi yang diikuti oleh perwakilan dari berbagai negara, seperti Rusia, Thailand, Slovenia, Serbia, Romania, Turki, Brazil, Indonesia dan beberapa negara lainnya. Saat ditemui secara langsung, siswi kelas 8 SMP ini mengatakan bahwa dirinya harus tampil percaya diri dan “do your best”.

Azarel berhasil tergabung dalam Tim Indonesia untuk perlombaan ICYS di Serbia setelah melewati proses panjang. Sebelumnya, Azarel harus berkompetisi dalam Lomba Peneliti Belia (LPB) 2022 yang dimulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional. Penjaringan peneliti muda untuk wakil Indonesia ini berlangsung dari bulan Agustus hingga November 2022 yang diikuti oleh peserta dari 17 provinsi (beberapa provinsi dijadikan satu), jadi sekitar 20an provinsi. 

Para siswa-siswi yang terpilih sebagai wakil Indonesia kemudian mendapat pembinaan dari pakar penelitian CYS selama 4 bulan. Pendampingan terus dilakukan secara intensif untuk membekali tim peneliti belia ini maju ke lomba tingkat internasional. Azarel dan temannya harus menyiapkan makalah dari risetnya untuk dipresentasikan saat pelaksanaan lomba di Serbia. 

“Dari structurenya ada methodology, ada abstract, ada conclusions, gitu-gitu. Presentasinya ada dua jenis. Yang pertama, overall harus mempresentasikan seluruh hasil penelitiannya kepada juri. Habis itu di hari lain ada presentasi poster. Jadi kita harus bikin poster dan presentasi ke juri selama dua menit,” kata Azarel.

Di hadapan para juri dari pakar-pakar di bidangnya, Azarel menyampaikan hasil penelitian “kemampuan superworm (ulat Jerman-Zopobhas sp.) dalam mendegradasi styrofoam sebagai upaya mengurangi pencemaran lingkungan”. Melalui dua jenis pelaporan tersebut, para juri melakukan penilaian untuk menentukan pemenang lomba.

Seperti kata pepatah “usaha tidak akan mengkhianati hasil”, penelitian yang dilakukan dengan tekun selama 8 bulan mengantarkan Azarel menjadi pemenang dalam kategori Environmental Science

Tim Indonesia bahkan memborong lima penghargaan sekaligus dalam ajang ICYS: medali perak Environmental Science oleh Teresa Azarel, medali perak Environmental Science oleh Dhavina Priskila Tjahjadi dan Gabrielle Rochellin Susanto (SMA Santa Laurensia Alam Sutera), Best Poster in Computer oleh Fiona Lee dan Veronica Jane (SMA Cita Hati Kampus Timur Surabaya), Best Poster in Mathematics oleh Jason Mikael Dihardja (SMA Tarakanita Gading Serpong), dan Best Poster in Environmental Science oleh Grabrielle Rochellin Susanto dan Dhavina Priskila Tjahjadi.

Azarel Lakukan Penelitian Angkat Isu Lingkungan

Teresa Azarel maju dalam ajang lomba ICYS untuk kategori Environmental Science, yang lebih mengacu pada efek atau dampak dari penelitian terhadap lingkungan. Azarel membawakan hasil penelitiannya yang berjudul “Styrofoam Biodegradation By Superworm”. 

Tak banyak anak-anak atau remaja di Indonesia yang menaruh perhatian pada isu lingkungan, terlebih tergerak untuk melakukan penelitian. Kontribusi dan keikutsertaan Azarel dalam lomba penelitian sains mengangkat isu lingkungan tentu patut diapresiasi tinggi. Azarel mengaku sudah tertarik melakukan penelitian di bidang lingkungan sejak duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar.

“Waktu kelas 5-kelas 6, saya sempat melakukan riset tentang plastik. I have a concern, kalau plastik itu kan banyak sekali ya di kehidupan kita dan kita sebenarnya butuh plastik. Sekarang sudah banyak hal-hal baru dari bahan organik untuk menggantikan plastik. Kalau misalnya kayak gitu, oke plastik bisa diganti. Tapi plastik yang udah ada itu mau diapain. Akhirnya saya kepikiran untuk melakukan riset dari masalah itu.” tutur Azarel.

Waktu itu penelitian yang dilakukan Azarel adalah penelitian degradasi sampah plastik melalui bakteri dari lettuce (sawi putih). Saat beranjak ke jenjang kelas 8 SMP, Azarel merasa penelitiannya masih belum selesai dan perlu dikembangkan lagi. Ia pun berdiskusi dengan mentor dari Krya.id Wahyu Wida Sari, S.Si, M. Biotech. Azarel menyampaikan keinginannya melanjutkan penelitian mengenai solusi terhadap sampah plastik. 

“Kelas 8 ini, mulai dari bulan Agustus (2022) kemarin saya diskusi dengan mentor dari Krya.id Bu Wahyu. Saya mau find a solution soal plastik karena memang terakhir kali risetnya belum selesai,” kata Azarel.

Setelah itu, Azarel memilih melakukan penelitian mengenai kemampuan superworm dalam mendegradasi styrofoam. Riset ini berhasil lolos dan menang dalam kompetisi tingkat nasional LPB 2022. Setelah tahap inilah kerja penelitian Azarel semakin diuji. Profesor dari ITB yang menjadi mentor Azarel memberi masukan agar ia menemukan uniqueness atau nilai lebih dari penelitiannya. 

“Jadi akhirnya saya membuat perbandingan superworm yang mengkonsumsi styrofoam (hanya styrofoam) dengan superworm yang mengkonsumsi styrofoam dan lettuce . Ternyata memang superworm yang mengonsumsi styrofoam dan lettuce memiliki kemampuan degradasi lebih tinggi daripada superworm yang hanya makan styrofoam aja,” kata Azarel.

Untuk terus menyempurnakan dan menguatkan penelitiannya, Azarel banyak belajar dari mentor-mentornya maupun belajar mandiri dari bacaan jurnal. Penelitian yang Azarel lakukan tersebut pun membuahkan hasil manis. Azarel berhasil meraih medali perak dan membanggakan keluarga, sekolah, dan negara.

Pencapaian Azarel sebagai peneliti belia yang berprestasi tentu tidak terlepas dari dukungan orang-orang terdekatnya. Kedua orang tuanya selalu siap menjadi support system dan mendampingi Azarel selama proses belajarnya. Begitupun dukungan dari guru di sekolahnya (SMP Montessori Yogyakarta), serta mentor dari CYS dan Krya.id.

Keinginan Azael untuk melakukan riset didukung penuh oleh guru sainsnya Clara Dhisa S.Si, yang kemudian mendampingi dan menjadi mentor penilitan Azarel untuk Lomba Peneliti Belia sampai ICYS.  

Ketekunan dan konsistensi Azarel dalam melakukan penelitian perlu dicontoh oleh anak-anak muda di Indonesia. Azarel sendiri mengatakan bahwa penelitian adalah hobinya ketika sedang gabut. Penghargaan dalam ajang ICYS 2023 bukan hanya prestasi pertamanya di tingkat internasional. Saat kelas 6 SD, karya penelitiannya juga pernah lolos untuk pameran di China.